Senandung Jiwa Sungai Kampar

By , Rabu, 3 Februari 2016 | 20:23 WIB

Walet telah menjadi sandaran kehidupan sebagian warga.  Saya bertemu pemilik rumah walet di Teluk Meranti, saya memanggilnya Koko.

Dua bangunan bertingkat telah dia buat guna menjaring walet bersarang.  Dibagian bawah, Koko memasang tapak rumah yang aman dari serangan tikus.  Rekaman kicauan walet diputar terus-menerus. 

Sayangnya, saya hanya dapat melihat rumah walet dari luar.  Koko tak mengizinkan siapapun masuk walaupun dari kalangan keluarga sendiri.   Menurutnya, walet akan pindah jika merasa tidak nyaman.  Walau masih penasaran dengan bagian dalam rumah walet, tapi saya menghargai keputusan itu, walau hanya untuk sekedar mendapatkan foto.

Koko memperlihatkan sarang walet berkualitas baik seharga Sembilan juta rupiah per kilogramnya.Mangkuk sarang yang melengkung sempurna bewarna pitih bersih menjadikan harga jualnya lebih tinggi.Ini menjadi pengalaman baru bagi saya belajar tentang kehidupan walet yang selama ini hanya saya dapatkan dari bahan bacaan.

Tapi sesungguhnya saya masih menyimpan rasa penasaran untuk berada di tengah kepungan bono.saya kembali ke rumah Ubay untuk sekedar bercengkarama dengan anak-anak yang tengah membersihkan papan selancar.!break!

Mereka telah tumbuh menjadi generasi yang akan melanjutkan petualangan-petualangan seru ayahnya ketika menunggang bono.  Ayah Ubay seorang peselancar, dia ingin seperti ayahnya.  Dari Ubay pula saya mendapat kabar jika sang ayah akan berselancar siang nanti.

Masih terlalu pagi ketika saya harus menantikan bono.Saya memutuskan ikut dalam rombongan memacing.Rombongan ini adalah para pemuda setempat yang turut menanti kedatangan bono.

“Banyak ikan disini,” kata mereka ramah.

Ikan Toman sebesar betis orang dewasa yang saya kudap kemaren malam menggelepar di pikiran saya.Sungai Kampar menyediakan tempat hidup bagi jenis-jenis ikan sungai termasuk patin, baung serta udang.

Namun entah mengapa ikan tak kunjung menyangkut di mata pancing.Sementara umpan yang mereka bawa sudah mulai berkurang.Ikan-ikan berukuran kecil yang berhasil ditangkap harus dikorbankan sebagai umpan.

Tak kuasa mengusir bosan, saya mengalihkan pandangan pada sampan-sampan yang lalu lalang.Para nelayan menggunakan sampan berbagai ukuran.  Lalu lintas sampan sudah mencapai kesetimbangannya, sampan besar akan memperlambat lajunya ketika berpapasan dengan sampan kecil guna menghindari gelombang besar.  Adab masyarakat sungai betul-betul membuat saya sadar bahwa saling menghormati merupakan nilai yang seharusnya dimiliki semua orang.  Saya tersenyum ketika membayangkan adab lalu lintas di kota yang sudah tergerus.

Lamunan saya tiba-tiba buyar manakala seseorang berteriak, bono!