Sedangkan kebutuhan air bersih masyarakat Cihanjawar dan desa-desa lainnya dipenuhi dari mata air yang berada di luar cagar alam. Ada enam sumber mata air utama di Cihanjawar: Cisalada, Kubang, Cibadak, Pemandian Kuda, dan Citengah.
Masyarakat memahami Gunung Burangrang telah menyimpan dan melanggengkan mata-mata air. Hal itu menumbuhkan perhatian dan kepedulian masyarakatterhadap kelestarian Cagar Alam Gunung Burangrang.
Pengelolaan air bagi rumah tangga di sekitar Gunung Burangrang dikelola oleh petugas khusus, yang memantau kelancaran air bersih. Iuran air bersih umumnyaRp3.000 per bulan. Iuran ini lebih rendah dari usulan pihak desa yang sebesar Rp5.000.!break!
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk membayar iuranmasih rendah. Itu karena sebagian masyarakat masihberpenghasilan rendah, dan terbiasa memanfaatkan air secara gratis. Kendati ada kesadaran kelestarian air menjadi tanggung jawab bersama, masyarakat memandang pemanfaatan air tak perlu dikenakan biaya.Tidak mengejutkan bila gagasan pemerintah desa ihwal iuran air Rp5.000 per bulan bertepuk sebelah tangan. Sebagian besar warga hanya menyanggupi Rp3.000.
Tidak berbeda dengan Cihanjawar, pengelolaan air di Sakambang juga dikendalikan oleh pengurus air. Enam sumber air menyokong kebutuhan air Sakambang: Cimenteng, Cipondoh, Ciputat, Ciburial, Ciandon, Sawah Lega. Setiap mata air digunakan secara merata oleh rukun tetangga dan rukun warga.
Begitu juga Pesanggrahan.Untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, desa ini memanfaatkan mata air: Darmaga, Tajur 1 dan Tajur 2.
Desa-desa lain, sepeti Bojong Timur, Nagrog, dan Cibuntu, memanfaatkan mata air yang dikelola oleh pengurus. Desa terakhir, Cibuntu, merupakanpemekaran Desa Sumurugul. Pasokan air untuk rumah tangga berasal dari Sumurugul, yang bersumber dari Blok Tegal Lega Cagar Alam Gunung Burangrang.
Perusahaan Daerah Air Minum Purwakarta juga melirik berlimpahnya sumber air dari Cagar Alam Gunung Burarang. Perusahaan air minum itu membanguninstalasi pipa yang melintasi Cihanjawar, Sakambang, sampai pusat kecamatandi Wanayasa. Pemanfaatan Sungai Cihanjawar itu untuk memenuhi kebutuhan air bersih di desa-desa di dua kecamatan: Wanayasa dan Bojong.
Taksiran nilai ekonomi Sungai Cihanjawarsekitar Rp3,05 miliar per tahun. Taksiran itu hasil perkalian nilai air tanah per meter kubik:Rp340 kali debit tahunan Sungai Cihanjawar. Nilaiini akan lebih besar jikamemakai tarif dasar PDAM di Pasir Angin yang senilai Rp1.200 per kubik. Nilainya menjadi sekitar Rp10,8 per tahun.
Kawasan ini lekat dengan legenda Sunda: kisah Sangkuriang. Menjulang 2.084 meter dari permukaan laut, Tangkuban Parahumembayang indah di utara Kota Bandung. Gunung stratovulkano ini dikelola Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagaicagar alam dan taman wisata alam. Sebagian bentang alam Tangkuban Parahu juga berfungsi sebagai hutan lindung dan hutan produksi yang dikelolaPerhutani.
Gemunung yang menaungi kota ini memunculkan teori bahwadataran tinggi Bandungmerupakan sisa danau purba yang terbentuk dari pembendungan Sungai Citarum purba oleh letusan Gunung Sunda. Salah satu relik Gunung Sunda purba ini adalah Gunung Tangkuban Parahu. Kenangan masyarakat Sunda terhadap kawasan Gunung Sunda purba diyakini mengendap dalam folkore Sangkuriang.
Dataran tinggi ini tak lekang diselimuti halimun dengan kepulan asap solfatara dari dasar kaldera.Setiap akhir pekan, wisatawan tumpah ruah di bibir kawah Tangkuban Parahu. Wisata alam ini salah satu wujud pemanfaatan jasa lingkungan aktivitas vulkanik. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Tangkuban Parahu cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sepanjang 2007 sampai 2009, PNBP masih di bawah Rp1 miliar per tahun. Namun sejak 2010 penerimaan negara cenderung di atas Rp1 miliar setahun.