Air tanah ditangguk dari dua titik pengeboran, yang sayangnya mulai mengalami pencemaran—khususnya unsur logam. Akibatnya, proses produksi minuman makin sulit, yang pada akhirnya meningkatkan biaya produksi.
Selain itu, debit air tanah relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan air baku. Untuk mencukupi kebutuhan air bakunya, PT Coca Cola akhirnya memanen air permukaan dari Sungai Cimande. Daerah tangkapan air Sungai Cimande ini membentang di kawasan Masigit Kareumbi dan sekitarnya.
Tim Komponen 3 sempat berbincang dengan manajemen PT Coca Cola Amatil Indonesia. Perusahaan transnasional ini sebenarnya terikat dengan komitmen Coca Cola Atlanta. Komitmen itu mengamanatkan perusahaan untuk berpartisipasi dalam pelestarian sumber air dan berperan dalam mengelola tanggung jawab sosial. Partisipasi yang telah dilakukan selama ini, di antaranya, baru berupa dukungan pelestarian lingkungan bersama pihak lain, seperti penanaman pohon.
Terkait imbal jasa lingkungan bagi daerah hulu, perusahaan ini merespon cukup positif. Hal ini perlu ditindaklanjuti oleh pemangku kawasan hutan dan desa-desa yang menjadi resapan air. Secara informal, Komponen 3 telah melakukan pembicaraan informal dengan Coca Cola Indonesia ihwal peluang kontribusi bagi pelestarian Masigit Kareumbi. Responnya cukup positif.
Selain Coca Cola, masih banyak pabrik-pabrik yang memanfaatkan air permukaan dari aliran sungai yang berasal dari Masigit Kareumbi. Dengan demikian, penerima manfaat jasa lingkungan air tersebut perlu dikelola dengan baik.
Pemanfaatan air dari kawasan taman buru juga menyokong perkembangan pertanian. Sungai Citarik dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi bagi beberapa daerah. Cakupannya luas, mengairi persawahan di dua kabupaten: Bandung dan Sumedang.
Salahsatunya pengguna irigasi adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air Ciranjeng. Daerah irigasi Ciranjeng memanfaatkan air Sungai Citarik dengan sistem bendungan air di Sindang Pakuan. Daerah irigasi ini mampu mengairi lahan pertanian sedikitnya 64 hektare:14 hektare di Kabupaten Sumedang dan 50 hektare di Kabupaten Bandung.
Kualitas air irigasi sepanjang dua kilometer setelah Bendung Ciranjeng masih lumayan bagus. Namun setelah melewati pabrik pemintalan PT Sunsilon air mulai tercemar.
Pada saat musim kemarau debit air Sungai Citarik turun sampai 80 persen dari debit normal. Alhasil, luas lahan pertanian yang terairi hanya 50 hektare. Fluktuasi debit sungai ini dipengaruhi daerah tangkapan air di bagian hulunya. Lantaran itu, konservasi daerah resapan air bagian hulu harus dilakukan dan menjadi bagian dari tanggung-jawab para pemanfaat di hilir.
Mekanisme imbal jasa lingkungan dari pemanfaat kepada kawasan hulunya menjadi pilihan bentuk kontribusi terhadap konservasi wilayah tangkapan air.
Perlahan-lahan, makin terang benderang para pihak yang memanfaatkan air dariTaman Buru Masigit Kareumbi. Kini, mari menyisir penyedia jasa lingkungan air.!break!
Tentu saja, pihak utama penyedia jasa adalah Balai Besar KSDA Jawa Barat. Tugas Balai Besar KSDA adalah menyelenggarakan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kawasan-kawasan konservasi yang ada di Jawa Barat.