Nationalgeographic.co.id—Presiden Afganistan, Ashraf Ghani, telah kabur dari negaranya. Dan kini, para gerilyawan Taliban sedang berada di dalam istananya.
Mereka menyatakan diri telah menguasai Afganistan dalam serangan kilat pertengahan Agustus ini setelah kembali dari pengasingan selama 20 tahun. Dengan jatuhnya kekuasaan Afganistan di tangan Taliban, kelompok Islam garis keras ini diperkirakan akan memberlakukan pembatasan keras terhadap kehidupan warga Afganistan. Hal inilah yang membuat cemas masyarakat internasional.
Sebenarnya siapa itu Taliban dan apa yang sebenarnya mereka inginkan?
Dikutip dari Abc.net.au, Taliban memiliki arti "para pelajar". Mereka adalah militan Islam ekstremis yang ingin memaksakan interpretasi ketat mereka terhadap hukum agama di Afganistan.
Kelompok ini berasal dari kelompok mujahidin yang awalnya didukung Amerika Serikat. Kelompok pejuang gerilya Islam fundamentalis disponsori AS karena dulu ikut memerangi pasukan Soviet di Afganistan pada 1970-an dan 1980-an.
Pada 1990-an Taliban mengkonsolidasikan kekuatan dan mulai merebut wilayah dalam perang saudara di Afganistan. Perang ini mempertemukan mereka dengan pasukan pemerintah dan milisi yang dipimpin oleh panglima perang lokal.
Pada tahun 1996 para militan itu menguasai Afganistan. Mereka menyerbu Kabul, memaksa presiden saat itu untuk melarikan diri, dan mengantarkan periode kekuasaan Taliban di seluruh negeri.
Baca Juga: Perang Uni Soviet-Afghanistan, Awal Kisah Perlawanan Taliban
Namun sebagian kecil dari negara itu tetap berada di luar kendali Taliban. Selain itu, sebagian besar masyarakat internasional juga menolak untuk mengakui mereka sebagai pemerintah yang sah.
Rezim brutal mereka membantai lawan, bersekutu dengan kelompok teroris, terlibat dalam hukuman kekerasan, dan melakukan kekejaman budaya, termasuk penghancuran situs-situs kuno.
Kekuatan Barat kemudian bergerak untuk menggulingkan rezim Taliban setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang.
Pasukan AS, Australia, dan negara-negara Barat lainnya menyerbu untuk menghentikan Taliban. Kelompok ekstremis itu disebut-sebut melindungi Osama bin Laden dan gerakan teroris Al Qaeda-nya yang melakukan serangan 11 September 2001 tersebut.
Baca Juga: Sejarah Taliban yang Membangun Negara Islam Fundamental di Afganistan
Taliban dengan cepat digulingkan dari kekuasaan. Namun kelompok itu terus hidup, mengobarkan perang gerilya brutal selama 20 tahun melawan AS, sekutunya, dan tentara pemerintah Afganistan.
Sementara pasukan pemerintah menguasai kota-kota Afganistan, Taliban mempertahankan kendali dengan mendapat dukungan dari beberapa penduduk di daerah-daerah yang lebih terpencil. Mereka berhasil menarik sejumlah tenaga kerja dan pasukan dari suku Pashtun di selatan dan timur Afganistan.
Terobosan besar Taliban terjadi setelah AS dan negara-negara Barat lainnya menarik pasukan mereka dalam beberapa bulan terakhir. Para pejuang Taliban menyapu seluruh negeri dan berhasil merebut serangkaian kota tanpa mendapat perlawanan berarti dari tentara pemerintah Afganistan.
Baca Juga: Malala Yousafzai Kembali ke Pakistan Untuk Pertama Kalinya Sejak Ditembak Taliban
Banyak anggota tentara Afghanistan, yang sebagian besar dilengkapi dan dibayar oleh AS, melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Pendiri dan pemimpin asli Taliban adalah Mullah Mohammed Omar, yang bersembunyi setelah invasi AS. Omar telah meninggal dan Taliban saat ini dipimpin oleh pemimpin tertingginya, seorang pria bernama Hibatullah Akhundzada.
Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme di akademi militer West Point di AS, pasukan inti Taliban diperkirakan hanya berjumlah 60.000 orang. Namun mereka juga punya banyak sekutu dan anggota milisi lokal.
Jadi apa yang akan terjadi pada Afganistan ke depan?
Berkaca pada kondisi Afganistan di bawah pemerintah Taliban pada tahun 1996-2001, Taliban tampaknya ingin negara itu menerapkan aturan sesuai hukum agama yang ketat yang mereka yakini.
Saat Taliban memerintah Afganistan pada 25 hingga 20 tahun lalu, kaum perempuan tidak diizinkan meninggalkan rumah tanpa pendamping laki-laki. Selain itu, mereka juga diharuskan mengenakan burqa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lebih dari itu, kaum perempuan juga tidak diperbolehkan bekerja dan anak perempuan tidak diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan.
Lebih lanjut, musik dan televisi non-Islami juga dilarang disiarkan. Sementara pengadilan agama mereka menjatuhkan hukuman fisik termasuk potong tangan bagi pencuri, hingga cambuk di depan umum dan rajam sampai mati bagi orang yang melakukan perzinahan.
Baca Juga: Hashshashin, Pembunuh Terampil Sekte Muslim Rahasia Persia dan Suriah
Taliban juga menghancurkan patung Buddah Bamiyan yang berusia 1.500 tahun. Kelompok tersebut menganggap patung raksasa yang diukir di permukaan tebing itu mereka anggap sebagai penghinaan terhadap Tuhan.
Pihak oposisi dan negara-negara Barat menuduh Taliban ingin kembali menerapkan kebrutalan seperti itu lagi. Namun kelompok tersebut telah membantah tuduhan itu.
Taliban mengatakan awal tahun ini bahwa mereka menginginkan "sistem Islam asli" untuk Afganistan yang akan mengakomodasi hak-hak perempuan dan kelompok minoritas.
Namun begitu, mereka memperingatkan bahwa hukum apa pun harus sejalan dengan tradisi budaya dan aturan agama.
Baca Juga: Propaganda Teroris Meradikalisasi Perempuan, Bagaimana Prosesnya?