Napak Tilas Perjuangan Perang Dipanagara di Sekitar Borobudur

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 23 Agustus 2021 | 09:00 WIB
Sebuah lukisan karya G.B. Hooijer yang tampaknya mencoba menggambarkan para peziarah Borobudur. Candi ini juga menjadi saksi perjuangan Pangeran Dipanegara melawan kolonialisme Belanda di Jawa. (Tropenmuseum)

"Beberapa tahun yang lalu, kita--sekitar 1,5 tahun lalu--saya sudah jalan-jalan ke daerah Tingal sama Mas Blendung ini, ditemani teman-teman di Tingal untuk mencari jejak-jejak perjuangan Pangeran Diponegoro," paparnya.

"Karena di dalam Babad, jelas sekali Pangeran Diponegoro menuliskan ketika perang di wilayah sebelah timur Sungai progo, setelah sebelumnya Pangeran Diponegoro bergerak dari Selarong--markas pertama beliau."

Kejadian itu terjadi di masa awal perang pada 1825. Di Sungai Progo terjadi pertempuran yang didokumentasikan di Babad maupun catatan kolonial, yang mengakibatkan banyak sekali prajurit Belanda tewas.

Baca Juga: Yuk Kita Jelajahi Makam Nelangsa Laskar Dipanagara di Kulonprogo

Lukisan saat Dipanagara dan 800 pasukannya mendirikan kemah di sebuah delta di Sungai Progo. Pulau tersebut berada di Dusun Meteseh, Kota Magelang, tak jauh dari Wisma Residen Kedu. (KITLV)

Pertempuran terjadi ketika Tingal mulai duduki pasukan Belanda, sementara Dipanagara sedang bermarkas di Dekso. Ketika kabar ini sampai di telinganya, dia langsung menyiapkan prajuritnya menuju Tingal.

Lokasi yang dimaksud itu adalah Tingal di Wanurejo, Magelang, yang menjadi salah satu basis prajurit Dipanagara. Namanya pun tak pernah berubah bahkan sejak sebelum Perang Dipanagara, meski seiring waktu tempat lain di Pulau Jawa berubah namanya untuk administrasi.

Batik bertema Perang Jawa koleksi Museum Danar Hadi, Surakarta. Perang ini pecah pada Rabu, 20 Juli 1825. Awal perang panjang dan melelahkan ini ditandai penyerbuan dan pembakaran kediaman Dipanagara di Tegalrejo oleh pasukan gabungan Belanda-Keraton. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

"Dari pertempuran tersebut mereka mendapat rampasan perang berupa dua meriam, dan diserahkan ke pangeran Dipanagara. Itu peristiwa yang terjadi di catatan Belanda itu pada 27 November, masih awal-awal perang," ujarnya sambil membacakan salinan Babad dan catatan sejarah De Java Oorlog.

Catatan Belanda sangat rinci mengenai peristiwa Perang Jawa, tidak seperti yang dituliskan Babad Dipanagara yang sangat menggambarkan secara luas. Diperkirakan Dipanagara sendiri memiliki prajurit berjumlah empat ribu orang, ditambah dengan 800 pasukan senapan.

Sejatinya, Pangeran Dipanagara tidak boleh mendekati komplek Candi Borobudur. Hal itu diatur dalam Babad Mataram, bahwa Pangeran Mataram tidak boleh mendatanginya, yang ada hanya aktivitas perjuangan oleh para pengikutnya, terlebih saat itu juga kondisi darurat perang. Ekspedisi ke Tingal ini ditugaskan kepada Ali Basha Abdul Kamil.

Baca Juga: Hulptroepen, Satuan Lokal Hindia-Belanda dalam Perang Dipanagara