Membaca Pikiran Pasien dalam Keadaan Koma

By , Kamis, 14 Mei 2015 | 13:30 WIB

!break!

Pada tahun 1960-an, neurolog Fred Plum di New York dan ahli bedah saraf Bryan Jennett di Glasgow melakukan pekerjaan perintis untuk memahami dan mengkategorikan gangguan-gangguan kesadaran. 

Plum menciptakan istilah "locked-in syndrome", di mana pasien dalam keadaan terjaga tetapi tidak dapat bergerak atau berbicara. 

Dengan Plum, Jennett menyusun Skala Koma Glasgow untuk menilai kedalaman koma, dan Jennett kemudian menyusun juga Skala Hasil Glasgow untuk mengukur tingkat pemulihan, dari kematian sampai cacat ringan. 

Mereka bersama-sama mengesahkan istilah "keadaan vegetatif terus menerus" untuk para pasien yang, menurut mereka, "memiliki masa-masa terbangun ketika mata mereka terbuka dan bergerak, daya tanggap mereka terbatas pada gerakan anggota tubuh postural dan refleks primitif, dan mereka tidak pernah bicara". 

Pada tahun 2002, Jennett termasuk dalam kelompok neurolog yang memilih istilah "sadar secara minimal" untuk menggambarkan mereka yang kadang-kadang terbangun dan yang setengah terbangun, yang menunjukkan tanda-tanda kesadaran tak menentu sehingga satu saat mereka dapat mengikuti instruksi yang sederhana dan waktu lainnya tidak bisa. 

Bahkan sampai hari ini pun, kita masih saja beragumentasi mengenai siapa yang sadar dan siapa yang tidak. 

!break!

Pindaian pengungkap informasi 

Kate Bainbridge, seorang guru sekolah berusia 26 tahun, jatuh koma tiga hari setelah ia menderita penyakit yang mirip dengan flu. 

Otaknya terkena radang, bersama juga dengan bagian atas unsur primitif tulang belakang, yaitu batang otak, yang mengatur siklus tidur. 

Beberapa minggu setelah infeksinya sembuh, Kate terjaga dari koma tapi didiagnosis sebagai berada dalam keadaan vegetatif.