Membaca Pikiran Pasien dalam Keadaan Koma

By , Kamis, 14 Mei 2015 | 13:30 WIB

Kate mengatakan kesembuhannya tidak langsung seperti ketika kita menyalakan lampu, tetapi perlahan-lahan. Diperlukan waktu lima bulan sampai ia bisa tersenyum. 

Namun saat itu ia sudah kehilangan pekerjaannya, indra penciuman dan indra perasanya, dan banyak hal lain yang seharusnya menjadi masa depannya. 

Kini Kate tinggal lagi bersama orang tuanya. Ia masih sangat tak mampu bergerak dan memerlukan kursi roda. 

Perlahan-lahan Kate mulai berbicara lagi dan, walaupun masih marah mengenai caranya diperlakukan ketika ia berada dalam keadaan paling rentan, ia tetap berterima kasih kepada mereka yang membantu benaknya untuk melarikan diri dari perangkap. 

Di kampus di selatan Liege yang seperti hutan, Steven Laureys meneliti para pasien vegetatif dalam penelitian yang sudah berlangsung beberapa decade. 

Bekerja di sana sebagai bagian dari Cyclotron Research Centre di tahun 1990-an, Laureys merasa terkejut ketika pindaian otak PET mengungkapkan bahwa pasien dapat memberi tanggapan ketika nama mereka disebut: suara yang mengandung arti memproduksi perubahan dalam aliran darah di korteks utama pendengaran. 

Sementara itu, di sisi lain Atlantik, Nicholas Schiff menemukan bahwa dalam otak yang rusak parah masih ada bagian yang bekerja, gugusan sisa-sisa aktivitas saraf. Apakah artinya ini? 

!break!

Mau main tenis? 

Pada saat itu, dokter mengira mereka sudah mengetahui jawabannya, bahwa tidak ada pasien dalam keadaan vegetatif terus menerus yang sadar. 

Tidak peduli bahwa menatap gambar membuat bagian otak menyala, sanggah mereka: bahkan pada kera yang dibius pun itu bisa terjadi. 

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, otak yang kekurangan oksigen akibat serangan jantung atau stroke tidak mungkin bisa sembuh jika tidak sembuh dalam beberapa bulan pertama.