Mewaspadai Wabah Baru Akibat Zoonosis yang Rentan Terjadi di Masa Depan

By Fathia Yasmine, Rabu, 22 Desember 2021 | 18:55 WIB
Ilustrasi wabah zoonosis (Dok. Shutterstock)

Risiko kemunculan wabah dari PIB zoonosis baru, kata Nuryani, sebenarnya sudah diimbau oleh berbagai media sejak 2007.

Imbauan tersebut juga mencakup pemberitahuan bahwa manusia harus sudah mempersiapkan diri sebelum wabah tersebut terjadi. Namun, mengingat penyakit tersebut belum teridentifikasi, manusia cenderung terlambat dalam mempersiapkan diri.

Baca Juga: Hasil Studi Terbaru: Pentingnya Kegagalan Demi Tingkatkan Kreativitas

“Penyakit baru atau wabah sudah pernah diprediksi sebelumnya. Tetapi karena belum teridentifikasi, maka penyakit tersebut dijuluki dengan penyakit X dan baru diketahui (penyakit apa) di masa kini,” imbuh Nuryani.

Berbicara tentang PIB zoonosis, Prof Amin Soebandrio mengemukakan bahwa globalisasi dan aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab penyakit tersebut mewabah berbagai wilayah. Kendati globalisasi memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, meningkatnya mobilitas dan aktivitas manusia membuat penyakit menjadi lebih mudah menyebar. Tingginya mobilitas manusia membuat patogen virus lebih mudah menemukan inang (host) baru.

“Perjalanan manusia memudahkan patogen untuk mendapatkan host baru. Ini jadi kunci penyebaran penyakit,” ungkapnya.

Selain faktor mobilitas, Amin mengungkapkan bahwa penyebaran penyakit, terutama zoonosis,  juga merupakan konsekuensi dari pembangunan manusia.

Baca Juga: Unik, Burung Kondor California Bisa Berkembang Biak Tanpa Kawin

Seiring dengan meningkatnya populasi manusia, jumlah limbah dan kebutuhan utama manusia pun ikut bertambah.

Misalnya, untuk kebutuhan hunian. Keterbatasan lahan membuat manusia hidup di wilayah yang berdekatan dengan hutan atau tempat tinggal hewan liar.

Ia pun mencontohkan zoonosis yang dapat menjangkiti manusia dan menjadi wabah. Penyakit yang umum adalah malaria dan demam berdarah. Sementara, penyakit yang wabah lebih masif adalah flu burung dan ebola.

“Kebutuhan perumahan yang meningkat membuat manusia merambah ke daerah di dekat hutan atau justru membuka hutan. Ketidakseimbangan lingkungan akibat aktivitas manusia akhirnya membawa dampak besar, seperti banjir dan wabah penyakit,” tutur Amin.