Mewaspadai Wabah Baru Akibat Zoonosis yang Rentan Terjadi di Masa Depan

By Fathia Yasmine, Rabu, 22 Desember 2021 | 18:55 WIB
Ilustrasi wabah zoonosis (Dok. Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id – Wabah akibat penyakit yang berasal dari hewan (zoonosis) rentan terjadi di setiap peradaban.

Selain mengancam kesehatan manusia, Penyakit infeksi baru (PIB) zoonosis pun perlu menjadi perhatian, karena dapat mengancam kesehatan global serta ketahanan pangan.

Perubahan iklim dapat menyebabkan perluasan dalam distribusi dan jangkauan zoonosis. Akibatnya, pangan manusia pun ikut terancam.

Fenomena ini menunjukan bahwa keseimbangan antara manusia, hewan, dan lingkungan memainkan peran penting dalam menjaga keberlangsungan kehidupan.

Baca Juga: Riwayat Temuan Manusia Katai di Flores yang Gegerkan Dunia Arkeologi

Mengingat wabah akibat zoonosis rentan menyerang di masa mendatang, manusia pun dituntut untuk siap menghadapi wabah serupa.

Guna memahami potensi risiko dan langkah penanganan PIB zoonosis, National Geographic bersama Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) menyelenggarakan webinar “Bincang Redaksi: Ancaman Pagebluk Baru terhadap Ketahanan Pangan Kita” pada Sabtu (27/11/2021).

Webinar menghadirkan berbagai pembicara dari berbagai latar belakang, yakni Peneliti Lembaga Eijkman Prof Amin Soebandrio, Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nuryani Zainuddin, Co-Founder Tambora Muda dan Conservation Scientist Sheherazade, Editor in Chief National Geographic Indonesia Didi Kaspi Kasim, dan Managing Editor National Geographic Indonesia Mahadis Yoanata Thamrin sebagai moderator.

Tantangan infeksi PIB zoonosis dipaparkan oleh Nuryani Zainuddin. Jika menilik sumber sejarah, kata Nuryani, penyakit infeksius baru (PIB) umumnya diakibatkan oleh zoonosis sehingga lebih sulit ditangani.

Baca Juga: Monyet-Monyet 'Balas Dendam' dengan Membantai '200 Anak Anjing'

Ia memaparkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menemukan bahwa hampir 60 persen penyakit manusia berasal dari hewan atau zoonosis.

Sementara 75 persen penyakit yang menjadi wabah juga berasal dari hewan. CDC juga menemukan, dari lima persen penyakit baru yang menyerang manusia, tiga di antaranya bersumber pada hewan.

Risiko kemunculan wabah dari PIB zoonosis baru, kata Nuryani, sebenarnya sudah diimbau oleh berbagai media sejak 2007.

Imbauan tersebut juga mencakup pemberitahuan bahwa manusia harus sudah mempersiapkan diri sebelum wabah tersebut terjadi. Namun, mengingat penyakit tersebut belum teridentifikasi, manusia cenderung terlambat dalam mempersiapkan diri.

Baca Juga: Hasil Studi Terbaru: Pentingnya Kegagalan Demi Tingkatkan Kreativitas

“Penyakit baru atau wabah sudah pernah diprediksi sebelumnya. Tetapi karena belum teridentifikasi, maka penyakit tersebut dijuluki dengan penyakit X dan baru diketahui (penyakit apa) di masa kini,” imbuh Nuryani.

Berbicara tentang PIB zoonosis, Prof Amin Soebandrio mengemukakan bahwa globalisasi dan aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab penyakit tersebut mewabah berbagai wilayah. Kendati globalisasi memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, meningkatnya mobilitas dan aktivitas manusia membuat penyakit menjadi lebih mudah menyebar. Tingginya mobilitas manusia membuat patogen virus lebih mudah menemukan inang (host) baru.

“Perjalanan manusia memudahkan patogen untuk mendapatkan host baru. Ini jadi kunci penyebaran penyakit,” ungkapnya.

Selain faktor mobilitas, Amin mengungkapkan bahwa penyebaran penyakit, terutama zoonosis,  juga merupakan konsekuensi dari pembangunan manusia.

Baca Juga: Unik, Burung Kondor California Bisa Berkembang Biak Tanpa Kawin

Seiring dengan meningkatnya populasi manusia, jumlah limbah dan kebutuhan utama manusia pun ikut bertambah.

Misalnya, untuk kebutuhan hunian. Keterbatasan lahan membuat manusia hidup di wilayah yang berdekatan dengan hutan atau tempat tinggal hewan liar.

Ia pun mencontohkan zoonosis yang dapat menjangkiti manusia dan menjadi wabah. Penyakit yang umum adalah malaria dan demam berdarah. Sementara, penyakit yang wabah lebih masif adalah flu burung dan ebola.

“Kebutuhan perumahan yang meningkat membuat manusia merambah ke daerah di dekat hutan atau justru membuka hutan. Ketidakseimbangan lingkungan akibat aktivitas manusia akhirnya membawa dampak besar, seperti banjir dan wabah penyakit,” tutur Amin.

Pendekatan One Health sebagai langkah preventif

Bincang Redaksi (Dok. Natgeo Indonesia)

Guna mencegah terjadinya wabah zoonosis baru di Indonesia, Kementan telah menyiapkan strategi pengendalian dan penanggulangan.

Strategi ini diterapkan secara terintegrasi di level pemerintah pusat dan daerah. Terdapat lima langkah pengendalian penyakit dalam strategi tersebut, yakni pengamatan dan identifikasi hewan, pencegahan penyakit, pengamanan, pemberantasan, dan pengobatan.

“Karena banyaknya penyakit yang berasal dari hewan, maka kami juga melakukan intervensi terkait penyakit pada manusia yang bersifat zoonosis,” ungkap Nuryani.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian, terdapat 25 penyakit hewan menular strategis yang menjadi fokus Kementan. Penyakit tersebut mencakup rabies, flu burung, dan anthrax.

“Selain 25 penyakit tersebut, kami tetap melakukan prioritas pengendalian termasuk hog cholera dan African swine fever,” lanjutnya.

Baca Juga: Miliarder Jepang Jadi Turis di Stasiun Luar Angkasa Internasional

Nuryani menjelaskan, perbedaan daftar zoonosis yang dimiliki setiap kementerian dan lembaga bisa jadi berbeda. Oleh sebab itu, Kementan bersama lintas sektor mengunakan metode penentuan zoonosis atau One Health Zoonoses Disease Prioritization (OHZDP).

Proses penentuan zoonosis prioritas  melibatkan seluruh pemangku kepentingan, yang berasal dari berbagai sektor dan multidisiplin.

Penentuan zoonosis prioritas  dilakukan dengan cara mencari zoonosis yang menjadi perhatian terbesar, mengembangkan langkah dan rencana aksi, serta bekerja sama dengan mitra One Health.

“Kami bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menentukan prioritas penyakit zoonosis bersama,” kata Nuryani.

Baca Juga: Hubungan Sel Imun dengan Resistensi Imunoterapi Kanker Kolorektal

Berdasarkan workshop yang dilakukan Kementan pada November 2021, diketahui bahwa terdapat enam zoonosis prioritas yang menjadi perhatian utama pemerintah.

Penyakit tersebut adalah zoonosis yang disebabkan virus zoonosis influenza, zoonosis yang disebabkan virus corona (Covid-19, MERSCov), rabies, anthrax, tuberkulosis zoonosis, dan leptospirosis.

“Penyakit zoonosis yang sudah ditetapkan tersebut nantinya akan dievaluasi kembali setiap tiga tahun,” lanjutnya.

Untuk penelitian lebih lanjut, Kementan juga menyediakan fasilitas laboratorium kesehatan hewan yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Mengingat penanganan zoonosis juga tidak bisa dilakukan sendirian, Kementan juga mengadakan aktivitas berbasis One Health.

Baca Juga: Jejak Kesaktian dan Pengabdian Pangeran Purbaya Kepada Mataram

“Kami mengadakan surveilans triangulasi, pemetaan peta risiko zoonosis, monitoring terintegrasi, membuat One Health Team sebagai tim respons, hingga melaksanakan bio security bersama partner kami,” tuturnya.

Sejak 2020, seluruh hasil surveilans dipublikasikan secara real-time melalui website Direktorat Kesehatan Hewan (Ditkeswan).

Ia juga mengungkapkan bahwa selain zoonosis, dunia juga masih rentan dengan isu resistensi antimikroba yang akan menjadi pembunuh pertama di dunia pada 2050.

Untuk itu, Nuryani berharap, pengetahuan akan zoonosis dan tindakan pencegahannya tidak hanya menjadi masalah pemerintah melalui kementerian tetapi juga menjadi kewaspadaan bersama.

“Zoonosis dan penyakit lainnya menjadi tanggung jawab kita bersama,” imbuhnya.