Buat kami, kegiatan lapangan (atau para ahli itu menyebutnya field work) itu memantik dopamine tubuh terhadap penjelajahan bumi. Saya teringat ucapan Chris Johns, fotografer senior yang pernah menjabat sebagai editor-in-chief National Geographic Magazine periode Januari 2005 – April 2014.“Penjelajahan itu berada sedekat pekarangan belakang rumah Anda.”
Chris memberikan kata kunci yang menarik atas kegiatan penjelajahan yang telah dilakukan ras manusia sejak dirinya lahir. Penjelajahan mampu menegaskan kehidupan secara mendalam—yang mungkin juga mampu membuat kita semakin kenal terhadap dunia dan sekitarnya.
Di sela kegiatan Exploration Academy, kami berbicang santai dengan Abdul Mutalib Masdar, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi, salah satu anak perusahaan PT. Pertamina (persero) yang mengurusi bisnis di bagian hulu industri migas.
Berikut petikannya:
Apa yang melatarbelakangi keputusan Bapak membentuk Exploration Academy?
Exploration Academy sebetulnya lahir karena saya melihat adanya gap kompetensi untuk para ahli eksplorasi yang ada di pertamina ini sangat besar. Dan selama bertahun tahun belum pernah ada langkah langkah konkrit bagaimana me-resolved isu itu.
Jadi kita selalu terjebak dengan testimoni bahwa kita kurang tenaga kita, bahwa kita punya gap antara senior dan junior. Nah ide awalnya seperti itu. Sementara tantangan kita di luar untuk mencari cadangan minyak dan gas ini begitu challenging.
Nah, kalau kompetensinya kurang, dari segi kompetensi kualitasnya kurang, dan juga dari segi jumlah juga kurang, itu akan bahaya. Itu artinya cita cita kita untuk mengamankan pasokan energi nasional ituakan menjadi sulit. Karena semuakegiatan produksi minyak nasional itu akarnya atau hulunya ya di sini. Competency based-nya yang ada di sini.
Nah, makanya kita coba telurkan yang namanya Exploration Academy ini. Nah sebetulnya untuk menjawab kebutuhan akan tenaga expertise terhadap masalah masalah subsurface yang ada di Pertamina. Itu sebenarnya idenya.
Dan ini harus kita selesaikan secara cepat. Karena hari ke hari produksinya Indonesia kan semakin turun. Solusi dari itu adalah untuk bagaimana kita tetap sustain produksinya, yang di hulunya ini harus kita benahi. Itu artinya kegiatan eksplorasi menjadi prioritas utama. Harus kita lakukan secara masifdan terstruktur. Nah makanya kita gagas yang namanya Exploration Academy.
Jadi, semua orang kembali lagi untuk refreshing, relook lagi. Mungkin secara teoritikal kawan kawan di pertamina atau di KKKS yang lain tidak ada masalah terkait teori. Namun ketika kita bicara practical, bicara experience, ada learning curve yang mungkin beberapa orang yang muda muda ini, terlewatkan. Jadi harusnya Exploration Academy bisa menjawab itu semua.
Kapan Exploration Academy mulai terbentuk?
Saya dilantik (sebagai direktur ekplorasi phe) pada bulan Februari, saya telurkan Exploration Academy ini pada bulan maret. Jadi 1 bulan setelah saya mengevaluasi dan mengobservasi apa saja isu yang paling kritikal. Ternyata isu yang paling kritikal pada saat itu adalah masalah human resources. Masalah orangnya. Masalah kompetensinya.
Nah itu yang menjadi isu utama. Sebab kita punya teknologi, kita punya area, sementara Indonesia, yang merupakan area bisnisnya PHE,is very complicated. Jadi kalau kita bicara PHE, sebetulnya merupakan replika dari Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh sampai Papua, kita sudah punya semua.
Kita punya tempat untuk evaluasi, kita punya studi, dan kita punya teknologi, dan sebetulnya kita punya resources uang kita, cuman problemnya adalah orangnya. Sumberdaya manusianya. Dan ini menjadi penting. Kehadiran Exploration Academy menjadi sangat penting, karena itu menjadi key drive untuk kita bisa menemukan big fish, discovery discovery yang ada di Indonesia ini.
Kalau tidak, kita punya uang, kita punya teknologi, kita punya area untuk kita lihat, untuk kita observe, untuk kita explore, but we have no human resources yang punya high competency. Thats the big issue for Indonesia. Itu yang sebetulnya kenapa menjadi sangat penting kita menginisiasi ini.
Dan satu hal, ini memang sebuah program unorganic dari kita, saya ingin membuktikan bahwa semua tenaga expert indonesia tidak kalah dengan tenaga expert asing. Anda bisa lihat, Pak Andang Bachtiar, yang luar biasa, kami datangkan dari Prancis, Paris. Dan beliau memiliki dedikasi yang tinggi untuk datang ke sini. Dan itu semata mata untuk mendidik, mendevelop kawan kawan ini. Kita tidak pernah bicara soal komersil di sini. Tapi kita bicara soal komitmen kita untuk membangun negara ini.
Apa saja program yang dilakukan di dalam Exploration Academy selain Fieldtrip seperti ini?
Kita juga sebelumnya mengadakan fieldtrip. Satu bulan yang lalu, di padalarang, garden stone. Jadi kegiatan Exploration Academy ini paralel. Tidak cuma soal fieldtrip, tetapi juga bersamaan saat ini juga berlangsung kegiatan di laut. Mungkin suatu saat kapan kapan bisa ikut berpartisipasi, nanti kita undang.
Bagaimana kawan-kawan saya mencoba untuk deploy yang namanya receiver, yang namanya algen (algoritma genetika, red), ketika kita survei di laut, its very interesting. Nah, ini bersamaan sekarang seperti itu. Jadi beberapa orang dari exploris muda itu ada yang di laut, ada yang di kelas, itu harus kita lakukan secara simultan. Secara paralel. We have no time. Dan di kelasnya Exploration Academy, its not only the technical issue. Termasuk project economic, mengevaluasi sebuah proyek, termasuk juga leadership issue. Juga managerial.
Kita coaching satu persatu. Misalnya ada beberapa tipe leadership, style behavior. Nah kawan kawan juga harus tau. Toh suatu saatkan mereka akan memimpin tim. Nah kapan mereka harus bersikap sebagai komando, kapan dia harus persuasif, kapan dia harus asertif, dan its very important for the leaders. Dan itu yang mau kita bangun. Jadi kita mau bangun pemimpin yang betul betul bisa menjawab kebutuhan.
Tanpa birokrasi, tanpa terikat dengan aturan aturan main yang kadang kadang membuat kita tersandera. Makanya saya ikut hadir si sini, jauh jauh saya ikut hadir. Sebetulnya saya harus meeting, tetapi saya coba untuk paksakan. Supaya mereka punya confidence level yang oke. Bahwa pemimpin harus hadir. (Laksmi Indra/Bayu Dwi Mardana)