Kisah 'Walanda Sunda' di Kampung Albino Ciburuy

By , Selasa, 24 April 2018 | 20:00 WIB

"Kadang-kadang sulit menjadi orang kulit putih. Saya sering diejek di sekolah. Saya suka kesal," katanya.

Rosanah mengatakan harus berhenti sekolah karena suka diejek oleh murid-murid lainnya. (Phil Hemingway / ABC News)

Bangga karena unik

Putri Nana Suryana yang berusia 14 tahun, Dewi Rasmana, mengalami situasi yang lebih mudah. Dia kini masih bersekolah. Dia mengaku jarang mengalami ejekan. Namun dia harus selalu berlindung dari terik matahari, dan penglihatannya memburuk seiring dengan pertambahan usianya.

Tak jauh dari situ, Suryana (40 tahun) bekerja sebagai buruh bangunan. Dia mengenakan baju lengan panjang, kacamata hitam dan topi untuk menutupi kulitnya dari sinat matahari.

Dewi Rasmana (kiri) mengatakan dia jarang mengalami ejekan dari teman-temannya. (Phil Hemingway / ABC News)

Suryana lahir dan dibesarkan di Ciburuy. Dia mengaku masih kerabat jauh Nana Suryana. Baik istrinya maupun kedua putrinya tidak ada yang albino.

Istri Suryana kini hamil lima bulan. Menurut dokter, bayi di kandungannya memiliki pigmentasi normal.

Suryana mengatakan dia unik dalam keluarganya dan sudah diterima oleh orang-orang di sekitarnya.

"Saya bangga dengan ayahku karena dia unik," kata Ai Rosmiati, putri Suryana yang berusia 14 tahun.

Sekitar 200 meter dari sana, tinggal seorang perempuan bernama Entar Mariyati. Dia juga memiliki albinisme, namun tidak mengetahui ada orang lain di keluarganya dengan kondisi ini. Anak-anaknya pun memiliki pigmentasi normal.

Entar Maiyati mengatakan di keluarganya tak ada yang mengalami kondisi albino selain dirinya. (Phil Hemingway / ABC News)

Di rumah lainnya, Nur Hayati memiliki seorang anak berusia tiga tahun, Winda, yang albino serta dua anak lainnya yang tidak.