Tahun Empat Kaisar yang Penuh Gejolak di Romawi, Hanya Satu Selamat

By Sysilia Tanhati, Senin, 4 Juli 2022 | 15:00 WIB
Perebutan kekuasaan bukan hal aneh di Kekaisaran Romawi. Salah satu yang paling terkenal adalah Tahun Empat Kaisar yang penuh gejolak di Romawi. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Menjadi kaisar merupakan tugas yang sangat berisiko. Salah mengambil langkah, kematian pun segera menghampiri. Kombinasi dari sistem republik yang gagal dan keterampilan politik serta militer membuat Augustus jadi kaisar yang sukses. Meski penuh risiko dan tidak mudah, banyak yang ingin berkuasa. Jadi perebutan kekuasaan bukan hal aneh di Kekaisaran Romawi. Salah satu yang paling terkenal adalah Tahun Empat Kaisar yang penuh gejolak di Romawi. Dalam satu tahun, bangsa Romawi memiliki empat kaisar!

Kematian Nero menjadi awal Tahun Empat Kaisar

Meski memulai pemerintahannya dengan baik, pada akhirnya Nero jadi kaisar yang sangat dibenci oleh warganya. Pemberontakan pun bermunculan, Servius Sulpicius Galba menyatakan diri sebagai kaisar. Selama waktu ini, Nero tampaknya terombang-ambing antara optimisme yang tidak disadari, ceroboh, dan keputusasaan. “Banyak politisi tingkat tinggi yang berpihak pada Galba,” ungkap Marian Vermeulen di laman The Collector.

Akhirnya, prefek Pengawal Praetorian Nero sendiri bergabung dengan pemberontakan dan Nero melarikan diri dari Roma dengan ketakutan.

Sementara kaisar meringkuk ketakutan di sebuah vila di luar kota, Senat menyatakannya sebagai musuh Romawi. Untuk menghindari penghinaan atas penangkapan dan eksekusi di depan orang banyak, Nero memutuskan untuk bunuh diri. Ia mati dengan tusukan pisau di tenggorokannya.

Menurut rumor, Nero sedang asyik bersenang-senang saat Kebakaran Besar Roma terjadi. (Hubert Robert/Musee des Beaux-Arts Andre Malraux)

Nero tidak memiliki ahli waris yang pasti, otomatis kekaisaran tidak memiliki pemimpin. Kematian Nero memicu perebutan kekuasaan yang sangat besar. Sehingga akhirnya terjadi perang saudara yang mengarah ke Tahun Empat Kaisar di tahun 69 Masehi.

Galba, kaisar serakah dan kejam yang menggantikan Nero

Orang-orang berpangkat tinggi bergegas mengisi kekosongan, akhirnya memilih kaisar pertama mereka di Tahun Empat Kaisar. Sudah ditetapkan sebagai pemimpin pemberontakan dan ancaman yang kuat, Galba menerima dukungan dari Senat.

Sayangnya, Galba juga memiliki reputasi buruk yaitu serakah dan kejam. Kabar tentang reputasinya pun dengan cepat tersebar di Roma.

“Reputasinya telah dikonfirmasi di kota. Oleh karena itu, kedatangannya tidak begitu disambut seperti seharusnya,” tegas Suetonius, penulis sejarah Romawi.

Selama tujuh bulan menjabat, ia secara teratur mengeksekusi orang-orang terhormat tanpa pengadilan atas kecurigaan kecil. Galba juga menyita properti warga dan mengizinkan pengikutnya untuk menggunakan pajak dan kutukan sebagai bantuan politik.

Ketika orang-orang menyerukan hukuman atas dua letnannya yang paling korup, ia malah menganugerahi promosi bagi mereka. Puncaknya, dia membuat marah para legiun dengan menolak untuk menghargai gaji mereka.

Semua lapisan masyarakat menentang kaisar baru ini. Aulius Vitellius dinyatakan sebagai kaisar oleh legiun dari Germania. Galba pun tewas dibunuh oleh Pengawal Praetorian di Forum Romawi pada 15 Januari 69 Masehi.

Tubuhnya dibiarkan tergeletak di jalan sampai seorang prajurit melihatnya dan memenggal kepalanya. Kepala mantan kaisar itu diserahkan kepada Marcus Salvius Otho, kaisar kedua Tahun Empat Kaisar.

Tragedi Kaisar Otho yang duduk di tampuk kekuasaan selama tiga bulan

Otho menemani Galba ke Roma sebagai pendukung. Namun dengan cerdasnya ia menjauhkan diri karena kebencian terhadap Galba yang mulai bermunculan.

“Setelah Senat mendeklarasikan Otho sebagai kaisar, Vitellius tidak berniat menarik dirinya dari posisi kaisar,” imbuh Vermeulen. Dia melanjutkan perjalanannya ke Roma dan menolak semua tawaran dari Otho untuk merundingkan penyelesaian damai.

Tanpa pilihan lain yang tersisa, Otho mengirim tentara untuk menemui legiun yang datang dari Germania. Pasukannya memenangkan tiga kemenangan kecil tetapi menderita kekalahan telak di Pertempuran Bedriacum. Menurut Cassius Dio, 40.000 orang Romawi tewas di pertempuran.

Otho berada di Brixellum dengan lebih banyak legiun ketika berita buruk itu tiba. Pada awalnya, tidak ada yang memercayai utusan yang membawa berita itu. Faktanya mereka yang hadir mulai menuduhnya berbohong dan pengecut karena melarikan diri dari pertempuran.

Dalam rasa malu dan putus asa, pria itu melemparkan dirinya sendiri dengan pedangnya ke kaki Otho. Sang Kaisar berteriak ngeri, “Saya tidak akan lagi membahayakan nyawa orang-orang pemberani seperti itu!"

Meskipun dia masih memiliki peluang untuk menang, Otho takut akan menyebabkan lebih banyak kematian. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya dan membagi-bagikan uangnya di antara para pelayannya. Sang Kaisar pun membakar surat-suratnya untuk melindungi siapa pun yang disebutkan di dalamnya sebelum melakukan bunuh diri.

“Banyak tentara yang hadir mencium tangan dan kakinya saat dia terbaring mati. Mereka menangis dengan sedih dan memanggilnya orang yang paling berani dan kaisar yang tak tertandingi,” Vermeulen menambahkan. Otho baru memerintah selama tiga bulan di Tahun Empat Kaisar.

Vitellius menimbulkan kebencian di Romawi

Dengan Vitellius masih menekan Romawi dan pemimpin mereka mati, Senat dengan cepat mengangkatnya menjadi kaisar. Dengan ini, Vitellius jadi pemimpin ketiga selama Tahun Empat Kaisar.

Saat itu ia berada di Galia dan bergerak berjalan menuju ibu kota sebagai panglima perang yang menang. Sebagai kaisar baru, ia sangat menikmati perannya itu. Vitellius kerap berpesta di setiap kota yang dilewati. Tentaranya diberi kebebasan untuk mengintimidasi penduduk setempat. Mereka membuat tuntutan yang tidak masuk akal untuk makanan, barang, atau tempat tinggal. Apa pun yang mereka inginkan! Pukulan tanpa ampun diberikan kepada mereka yang berani menolak permintaan para tentara.

Perilaku Vitellius di medan perang berdarah membuat terkejut anak buahnya. Vitellius berkomentar saat melihat ribuan mayat membusuk, “bau musuh yang mati itu manis dan bau sesama warga lebih manis."

Ia memasuki Roma dalam kemenangan yang mencolok, mengabaikan hukum kuno Romawi, dan menempatkan dirinya dengan kekuatan tertinggi. Parahnya lagi, ia memberikan penghormatan yang besar untuk mengenang Nero yang dibenci oleh bangsa Romawi.

Vitellius membuktikan dirinya sebagai tiran kejam dan sewenang-wenang yang menyukai eksekusi. Dengan pengaruhnya atas militer, Vitellius berhasil memegang kekuasaannya selama delapan bulan.

Vespasianus, kaisar terakhir di Tahun Empat Kaisar

Tahun Empat Kaisar berakhir dengan kaisar terakhirnya, Titus Flavius ​​Vespasianus. Di Yudea, ia memimpin legiun Romawi melawan pemberontakan Yahudi. Pada bulan Juli, orang-orang Vespasianus, bersama dengan legiun Suriah dan Aleksandria, mendeklarasikannya sebagai kaisar dan bersumpah setia. Legiun Moesia, Pannonia, dan Illyricum segera menyusul, memberinya kendali atas kekuatan besar. Saat Vespasianus bersiap untuk berlayar ke Italia, legiun Danube juga menyatakan mendukungnya.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Romawi, seorang kaisar Romawi digantikan oleh putra kandungnya sendiri. Putra tertua Vespasianus, Titus, menjadi seorang kaisar. (Lawrence Alma-Tadema)

Dipimpin oleh Antonius Primus yang dinamis, mereka menyapu kota-kota Romawi di Italia utara. Pasukan ini akhirnya berhadapan pasukan Vitellius pada Oktober 69 Masehi di Pertempuran Bedriacum Kedua. Pertempuran itu panjang dan sulit berakhir dengan kemenangan bagi Primus.

Pendukung Vitellius mengorganisir perlawanan putus asa. Pasukan Primus menanggapi dengan keganasan yang sama. Dalam pertempuran ini, Cassius Dio mengeklaim lebih dari 50.000 orang tewas di jalan-jalan Roma.

Benar-benar panik, Vitellius melakukan penyamaran dan mencoba melarikan diri dari kota. Ia dikenali oleh penyerangnya dan diseret di sepanjang jalan menuju Forum. Sang Kaisar dihina dan diolok-olok, disiksa, dan dibunuh. Tubuhnya dilempar ke Sungai Tiber, kepalanya digantung di tiang kota.

   

Baca Juga: Vespasianus, Kaisar Romawi nan Jenaka yang Menarik Pajak Urine

Baca Juga: Vila Kaisar Romawi Hadrian, Cerminan Penguasa yang Berbudaya

Baca Juga: Tidak Semua Orang Romawi Bersedia Menjadi Kaisar, Apa Sebabnya?

Baca Juga: Melihat Kediaman Kaisar Hadrian yang Luasnya Melebihi Kota Pompeii

    

Senat kembali mendeklarasikan kaisar baru yang keempat. Kaisar Vespasianus pada hari yang sama, 22 Desember 69 Masehi, kaisar jadi keempat yang memegang kekuasaan di tahun itu.

Meskipun pemerintahannya dimulai dengan kekerasan selama Tahun Empat Kaisar, Vespasianus jadi penguasa yang kompeten. Ia berhasil mengembalikan stabilitas yang sempat kacau akibat Nero dan 3 kaisar pendahulunya. Pundi-pundi kas kekaisaran pun terisi dengan ditariknya berbagai pajak, termasuk pajak urine.

Putra sulungnya Titus, yang menggantikan ayahnya pada tahun 79 Masehi, juga dihormati. Namun Titus meninggal karena demam setelah hanya dua tahun menjabat. Adik laki-lakinya, Domitianus, menunjukkan banyak paranoia dan kesalahan seperti yang dilakukan kaisar sebelumnya. Dia akhirnya dibunuh oleh pejabat negara sebelum menunjuk ahli waris. “Kematiannya mengingatkan kita akan kematian Nero, yang juga tidak memiliki ahli waris,” imbuh Vermeulen.