Ini termasuk penentuan risiko yang lebih akurat. Kami hanya tahu lokasi segelintir dari 97 letusan yang digolongkan sebagai besaran masif pada "Indeks Ledakan Gunung Berapi" selama 60.000 tahun terakhir.
Ini berarti mungkin ada lusinan gunung berapi berbahaya yang tersebar di seluruh dunia dengan potensi kehancuran ekstrem, yang tidak diketahui oleh umat manusia.
Baca Juga: Gunung Api Tonga Menimbulkan Gelombang Hampir Secepat Kecepatan Suara
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Kenapa Gunung Api di Indonesia Sangat Berbahaya
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Potensi Bahaya Gunung Berapi Terbesar di Dunia
Baca Juga: Gelagar-Gelagar Gunung Api Terdahsyat di Nusantara
"Kita mungkin tidak tahu tentang letusan yang relatif baru karena kurangnya penelitian tentang inti laut dan danau, terutama di daerah yang terabaikan seperti Asia Tenggara," kata Cassidy.
"Gunung berapi bisa tertidur untuk waktu yang lama, tetapi masih mampu menghancurkan secara tiba-tiba dan luar biasa."
Pakar CSR mengatakan, pengawasan harus ditingkatkan. Hanya 27% dari letusan sejak tahun 1950 yang memiliki seismometer di dekat mereka, dan hanya sepertiga dari data itu lagi yang dimasukkan ke dalam database global.
"Para ahli vulkanologi telah meminta satelit pemantau gunung berapi khusus selama lebih dari dua puluh tahun," kata Mani. "Kadang-kadang kita harus mengandalkan kemurahan hati perusahaan satelit swasta untuk citra yang cepat."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo