Kehidupan di Era Kekaisaran Tiongkok, Samakah dengan Zaman Modern?

By Sysilia Tanhati, Kamis, 16 Februari 2023 | 15:00 WIB
Bagi sebagian besar dunia barat, Tiongkok selalu menjadi misteri. Seperti apa kehidupan di era Kekaisaran Tiongkok? (Thomas Allom)

Seorang istri juga harus mematuhi keinginan dan arahan yang dia terima dari suami dan ibu mertuanya.

Hanya anak laki-laki yang mendapatkan pendidikan

Hanya anak laki-laki dari warga kaya yang diberikan pendidikan dalam bentuk apa pun. Pendidikan terutama adalah pengajaran filosofi dan tulisan-tulisan Konfusius, yang sebagian besar berfungsi sebagai dasar hukum Tiongkok. Kaligrafi adalah keterampilan lain yang diajarkan di sekolah.

Kombinasi ketiganya memungkinkan siswa kaya memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk memasuki pegawai negeri birokrasi pemerintah, yaitu melalui ujian tertulis.

Sekitar tahun 200 Sebelum Masehi masyarakat Tionghoa mulai menganut pendidikan yang lebih luas. Dengan perluasan kesempatan pendidikan, putra rakyat jelata dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan pegawai negeri.

Mereka yang cukup beruntung untuk lulus ujian membantu menciptakan struktur pemerintahan, sains, dan seni.

Perubahan hak wanita selama Dinasti Tang

Selama Dinasti Tang peran wanita dalam masyarakat Tionghoa berubah dalam banyak hal. Secara hukum seorang laki-laki hanya boleh memiliki satu istri pada satu waktu dan istri tidak boleh dijual sebagai budak. Tetapi dalam praktiknya baik istri maupun anak perempuan dijual ke rumah bordil.

Selain itu, di bawah hukum, pria dapat mempertahankan istri dan selir sebanyak yang dimungkinkan oleh keuangannya.

Gadis-gadis muda yang dijual sebagai selir dilatih di beberapa bidang, seperti membaca puisi dan mengembangkan keterampilan percakapan.

Karena wanita penghibur dituntut untuk berbicara dengan cerdas dengan pelanggan, membawakan lagu, dan membaca puisi, pendidikan wanita menjadi bisnis yang bagus.

Selama Dinasti Tang, gadis-gadis muda melihat peluang terbuka. Wanita muda mengembangkan keterampilan menenun, dianggap sebagai bentuk seni sekaligus bisnis. Wanita menjadi seniman jalanan dan pendongeng, menceritakan kisah mereka dengan memerankannya.