Kehidupan di Balik Borobudur: Menjelmakan Warisan Seribu Warsa

By National Geographic Indonesia, Jumat, 17 Maret 2023 | 17:00 WIB
Lukisan bertajuk 'Kehidupan di Borobudur pada abad ke-9' karya Walter Spies. (Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia)

   

Menggunakan roda putar lengkap dengan kayu penatapnya, Kaminah, 50 tahun, sedang menyelesaikan pembuatan kendil (wadah) dari tanah liat di Dusun Klipoh, Desa Karanganyar. Dusun ini secara turun-temurun membuat gerabah tradisional untuk memenuhi peralatan dapur, lalu berkembang untuk suvenir. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

Gerabah Klipoh hidup melalui jemari artistik para perempuannya, para ibu. Bukan kebetulan jika cikal bakal nama dusun berasal dari nama Nyai Kholipah. Selama berabad-abad, para perempuan mewariskan pengetahuan membuat gerabah ke anak cucunya hingga kini.

“Klipoh itu didadah-dulang gerabah,” kata Poyo, Kllipoh ditempa dan dihidupi oleh gerabah-gerabah para ibu.

Poyo adalah laki-laki Klipoh yang kemudian merintis promosi gerabah tak hanya dibuat untuk pasar kebutuhan peralatan dapur, namun juga telah menjadi wisata edukasi yang banyak diminati. Usaha ini, telah berhasil menghapus citra orang Karanganyar yang “miskin, kotor dan berbau sangit.” 

Saat ini, jika kita blusukan ke penjuru dusun, kita akan bertemu para perempuan berbagai usia yang tengah membuat atau bergotong-royong membakar gerabah.

Beberapa anak muda di Klipoh sedang berencana membuat tempat semacam Museum Pawon di Surakarta—museum yang dilengkapi dengan dapur tradisional Jawa. Nantinya, tempat itu menjadi tempat bagi para tamu di Klipoh untuk menikmati makanan khas desa yang dimasak dalam gerabah setelah berkeliling menyaksikan bagaimana gerabah-gerabah itu dibuat.

Agaknya, potensi yang hadir di dusun Klipoh, menjadi salah satu hal yang membuat desa Karanganyar Borobudur ini diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno sebagai salah satu dari 50 Desa Wisata Terbaik, Desa Wisata Indonesia Bangkit dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.

Oh iya, jika anda ingin menikmati Desa Karanganyar lebih lama, tersedia homestay dan Balkondes—Balai Ekonomi Desa— untuk akomodasinya, salah satu dari homestay dan balkondes yang bertebaran di sekeliling Borobudur.

Jika anda ingin menikmati kegiatan budaya di Borobudur, anda harus mencermati waktu-waktu tertentu, baik yang sifatnya event pertunjukan seni maupun yang bersifat upacara tradisi.

Baik pertunjukan seni maupun upacara tradisi, ada banyak kegiatan yang bisa dinikmati di sekitar Borobudur.

Pada bulan Sapar, hampir semua desa di kawasan Borobudur melantunkan upacara tradisi komunalnya, seperti bersih desa atau syukuran. Rabo pungkasan di Candirejo, saparan dusun gedongan Borobudur, atau saparan sendang sebandot giripurno adalah beberapa upacara tradisi yang memiliki keunikan tersebut.