Pelesiran dan Pelestarian: Mengeja Puspa di Pucuk-pucuk Tertinggi Jawa

By National Geographic Indonesia, Kamis, 16 Maret 2023 | 18:00 WIB
Bromo-Tengger-Semeru adalah kawasan tiga serangkai Destinasi Prioritas. Ketiganya tercakup dalam taman nasional dengan flora fauna dilindungi, dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Network of Biosphere Reserves. Salah satu keunikan tempat ini ialah kaldera Gunung Bromo yang berada dalam kaldera G (Titik Kartitiani/National Geographic Indonesia)

Didukung oleh kekayaan ragam jenis anggrek, tekat para rimbawan, dan dukungan masyarakat sekitar yang mantan pemburu anggrek, avichidtorism adalah kisah laboratorium anggrek alam yang dibangun dengan cinta dan tekat untuk menyumbang pada pengetahuan. Wahana yang diluncurkan pada akhir 26 Maret 2022 ini diharapkan bisa menjadi alternatif para pengunjung yang mengunjungi TNBTS.

Jalur Khusus di Wisata Minat Khusus

Taman Anggrek Ranu Darungan atau Orchidarium Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sudah mengumpulkan 198 jenis anggrek alam dari 255 jenis anggrek alam yang tercatat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Anggrek-anggrek tersebut berasal dari anggrek yang diselamatkan dari tebangan pohon Perhutani, terbabat masyakat saat mencari rumput, maupun dari perdangangan tanaman hias. Bukan mengambil dari kawasan.

Taman seluas 1,5 hektare ini memberi kesempatan bagi para pengunjung untuk mengenal dan belajar anggrek bila tak punya kesempatan untuk masuk hutan. Juga ada greenhouse yang digunakan untuk menumbuhkan seedling (bibit anggrek) sebagai pendukung avichidtourism.

Kawasan ini dibangun, tepatnya ditata, di pinggir Danau Linggo Rekisi. Danau seluas 0,25 ha yang dikeliling oleh pohon rekisi (Canarium asperium). Masyarakat kerap menggunakan danau ini untuk memancing.

 “Taman anggrek ini berfungsi untuk pengamatan anggrek khususnya bagi para peneliti. Kadang kalau di hutan, kita tak menemukan pada saat mekar. Di sini kita bisa mengamati semua fasenya tanpa harus jauh ke hutan,” kata Toni Artaka, Kepala Resort PTN Wilayah Ranu Darungan.

Wisata sesunggunya berupa paket trekking ke jalur pengamatan anggrek dan burung. Ada 3 jalur yang sudah dipetakan untuk pengunjung beserta jenis-jenis anggrek yang bisa ditemukan. Jalur tersebut sepanjang 3-4 km dengan medan datar.

Para pengamat burung sedang mengamati burung dari dalam hide, ruang kamuflase. (Titik Kartitiani/National Geographic Indonesia)

Saya pernah mencoba salah satunya. Waktu tempuh 4 jam karena saya banyak berhenti untuk memotret anggrek. Baru kali ini saya menemukan hutan dengan keragaman anggrek alam yang tinggi. Hanya beberapa langkah, menemukan belasan jenis dan berbunga sepanjang tahun. Artinya, setiap kali datang, pasti menemukan anggrek yang berbunga.

Di trek Ranu Darungan ini, ada beberapa anggrek yang menjadi bucket list saya untuk melihat di habitat aslinya dan menemukannya di sini. Kelimpahan ragam dan populasi menjadikan kemungkinan besar untuk menemukan anggrek yang berbunga, hal inilah yang menjadikan Ranu Darungan cocok menjadi jalur pengamatan anggrek.

“Kami juga menyediakan jalur khusus sesuai permintaan peneliti jika peneliti ingin melihat satu jenis yang tidak ada di jalur umum,” kata Toni menambahkan. Sebagaimana jalur yang saya ikuti bersama Yuda, ia ingin menemukan Corybas fornicatus.