Kualitas SMA Akan Memengaruhi Fungsi Kognisi 60 Tahun Kemudian

By Ricky Jenihansen, Rabu, 3 Mei 2023 | 09:00 WIB
Mereka yang bersekolah di sekolah berkualitas lebih tinggi memiliki fungsi kognisi lebih baik 60 tahun kemudian. (Daxus)

Penelitian psikologi baru menemukan bahwa kualitas sekolah menengah atau SMA dapat berpengaruh jangka panjang pada fungsi kognisi. Para ilmuwan dari Columbia University mempelajari lebih dari 2.200 orang dewasa yang bersekolah di SMA di Amerika Serikat.

Orang dewasa yang mereka pelajari adalah mereka yang sekolah pada awal tahun 1960-an. Dan mereka menemukan bahwa mereka yang bersekolah di sekolah berkualitas lebih tinggi memiliki fungsi kognisi lebih baik 60 tahun kemudian.

Untuk diketahui, kognitif merupakan fungsi kompleks pada otak manusia yang melibatkan aspek memori, baik jangka pendek atau jangka panjang. Itu juga termasuk perhatian, perencanaan, dan nalar serta strategi dalam berpikir seseorang.

Sementara fungsi kognisi, merupakan kegiatan dalam memperoleh pengetahuan, termasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman diri.

Fungsi kognisi sangat penting dalam menjalani kehidupan manusia. Fungsi ini diperlukan manusia dalam kerja yang optimal agar dapat menjalankan pemecahan masalah kehidupan dan berpikir secara fleksibel dalam pengambilan keputusan terbaik.

Para peneliti Columbia University telah menjelaskan hasil penelitian mereka di jurnal Alzheimers & Dementia Diagnosis Assessment & Disease Monitoring belum lama ini.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dengan judul "High school quality is associated with cognition 58 years later" yang bisa didapatkan secara daring.

Studi sebelumnya juga telah menemukan bahwa jumlah tahun yang dihabiskan di sekolah berkorelasi dengan kognisi di kemudian hari, tetapi hanya sedikit studi yang meneliti dampak kualitas pendidikan.

“Studi kami menetapkan hubungan antara pendidikan berkualitas tinggi dan kognisi akhir kehidupan yang lebih baik dan menunjukkan bahwa peningkatan investasi di sekolah, terutama yang melayani anak-anak kulit hitam," kata Jennifer Manly.

Manly adalah profesor neuropsikologi di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons dan juga merupakan penulis senior studi tersebut.

Hal itu, menurutnya, dapat menjadi strategi yang kuat untuk meningkatkan kesehatan kognitif di antara orang dewasa yang lebih tua di Amerika Serikat.

Peneliti mengukur aktivitas otak untuk mendeteksi penurunan kognitif di usia tua atau lansia. (AdobeStock)

Detail studiPenelitian psikologi yang dipimpin oleh Manly dan Dominika Šeblová, seorang ilmuwan penelitian post doctoral di Columbia University, menggunakan data dari Project Talent, survei tahun 1960 terhadap siswa sekolah menengah di seluruh Amerika Serikat.

Mereka juga menggunakan data tindak lanjut yang dikumpulkan dalam Project Talent Aging Study. Para peneliti kemudian memeriksa hubungan antara enam indikator kualitas sekolah.

Data juga dibandingkan dengan beberapa ukuran kinerja kognitif pada peserta hampir 60 tahun setelah mereka lulus SMA. Karena sekolah berkualitas tinggi mungkin sangat bermanfaat bagi orang-orang dari latar belakang yang kurang beruntung.

Para peneliti juga memeriksa apakah asosiasi berbeda berdasarkan geografi, jenis kelamin atau gender, dan ras dan etnis. Survei hanya menyertakan data yang cukup dari responden kulit hitam dan putih.

Pendidikan guru terkait dengan kognisi akhir kehidupan pada siswa

Para peneliti menemukan bahwa menghadiri sekolah dengan jumlah guru yang lebih tinggi, kemudian dengan pendidik pascasarjana adalah prediktor yang paling konsisten untuk kognisi kehidupan selanjutnya yang lebih baik. Terutama kefasihan bahasa, seperti misalnya, menghasilkan kata-kata dalam suatu kategori.

Menghadiri sekolah dengan jumlah guru lulusan yang lebih tinggi, kira-kira setara dengan perbedaan kognisi antara orang berusia 70 tahun dan seseorang yang satu hingga tiga tahun lebih tua.

Indikator kualitas sekolah lainnya dikaitkan dengan beberapa, tetapi tidak semua, ukuran kinerja kognitif.

Manly dan Šeblová mengatakan banyak alasan dapat menjelaskan mengapa menghadiri sekolah dengan guru yang terlatih dapat memengaruhi kognisi di kemudian hari.

“Pengajaran yang diberikan oleh guru yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan mungkin lebih merangsang secara intelektual dan memberikan manfaat saraf atau kognitif tambahan,” kata Šeblová.

Baca Juga: Apa yang Luar Biasa dari Sekolah Ramah Lingkungan di Finlandia?

Baca Juga: Bermain Video Gim tidak Membahayakan Kemampuan Kognitif Anak-Anak

Baca Juga: Sering Lupa Wajah Orang Lain? Bisa Jadi Ada Gangguan Kognitif

Baca Juga: Masker Berdampak Pada Penurunan Kinerja Kognitif dan Pemecahan Masalah 

"dan menghadiri sekolah berkualitas lebih tinggi juga dapat memengaruhi lintasan kehidupan, yang mengarah ke pendidikan universitas dan penghasilan yang lebih besar, yang berada di gilirannya terkait dengan kognisi yang lebih baik di kemudian hari."

Dampak yang lebih besar pada siswa kulit hitam. Meskipun hubungan antara kualitas sekolah dan kognisi akhir kehidupan serupa antara siswa kulit putih dan kulit hitam, peserta kulit hitam lebih cenderung bersekolah di sekolah dengan kualitas lebih rendah.

“Kesetaraan rasial dalam kualitas sekolah tidak pernah tercapai di Amerika Serikat dan segregasi rasial sekolah semakin ekstrim dalam beberapa dekade terakhir, jadi masalah ini masih menjadi masalah besar,” kata Manly.

Misalnya, survei tahun 2016 menemukan bahwa sekolah-sekolah AS yang dihadiri oleh siswa non kulit putih. Mereka memiliki guru yang tidak berpengalaman dua kali lebih banyak bila dibandingkan dengan sekolah yang dihadiri oleh siswa kulit putih yang dominan.

“Ketidaksetaraan rasial dalam kualitas sekolah dapat menyebabkan perbedaan yang terus-menerus dalam hasil kognitif akhir kehidupan selama beberapa dekade mendatang,” tambah Manly.