700 Tahun Berkuasa, Ini Sebab Samurai Menghilang di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Jumat, 26 Mei 2023 | 08:00 WIB
Selama 700 tahun, samurai berkuasa di Kekaisaran Jepang. Namun di abad ke-19 terjadi banyak perubahan dan pemberontakan. Sejak itu, kelas samurai pun menghilang di Jepang. (Felice Beato)

Nationalgeographic.co.id—Samurai adalah pejuang paling menakjubkan yang pernah dikenal dunia. Setia kepada tuannya dan menjaga kehormatan, mereka lebih memilih bunuh diri alih-alih harus menghadapi kekalahan.

Samurai sangat terlatih dan tangguh dalam pertempuran. Samurai ada di Kekaisaran Jepang sejak 1185 sampai 1868. Setelah itu, mereka pun perlahan menghilang.

Pada akhir Zaman Edo (1603-1867), sebagian besar samurai menjadi kurang militeristik dan lebih birokratis. Tapi mereka masih merupakan kelas sosial yang kuat dan tangguh. Jadi kekuatan apa yang bisa mengalahkan para prajurit aristokrat yang berkuasa di Jepang selama 700 tahun ini?

Kemunduran dan kejatuhan samurai datang perlahan-lahan. Kejatuhannya juga sebagai hasil dari banyak gerakan kecil yang mengubah Jepang feodal menjadi kekaisaran yang lebih modern.

Modernisasi bertahap dan peristiwa besar seperti Pemberontakan Satsuma dan pendirian Meiji Kekaisaran Jepang. “Semua itu pada akhirnya menandakan hari-hari terakhir budaya prajurit dan akhir dari era samurai,” tulis Christopher Myers di laman Ranker.

Ketidakpuasan yang tumbuh di kelas samurai

Selama abad ke-19, banyak samurai kelas menengah dan bawah semakin tidak senang dengan struktur masyarakat Jepang. Pada titik ini, samurai adalah kelas penguasa di Jepang. Karakteristik yang menentukan dari kelas tersebut adalah bahwa mereka adalah orang-orang dengan karier militer.

Samurai individu dibayar melalui tunjangan, ditentukan oleh hierarki militer. Status ditentukan oleh keturunan dan pangkat. Maka, ada perbedaan besar dalam kekayaan dan status antara samurai kelas tertinggi dan yang terendah. Selain itu, samurai kelas bawah dan menengah pun mengalami kesulitan untuk meningkatkan statusnya.

Akhir dari isolasi yang memecah belah Kekaisaran Jepang

Komodor Matthew Perry berlayar ke Teluk Edo pada tahun 1853. Hal itu memicu serangkaian peristiwa yang mengubah Kekaisaran Jepang selamanya.

Perry dikirim oleh Presiden Millard Fillmore untuk membuka perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat. Sementara misi Perry secara teknis damai, ancaman angkatan laut tidak dianggap enteng.

Perpecahan tumbuh di Kekaisaran Jepang antara mereka yang ingin mempertahankan isolasionisme dan mereka yang ingin menyambut orang asing. Pada saat itu, Keshogunan Tokugawa berkuasa sejak 1603. Kaisar Jepang masih ada, tetapi sebagian besar hanya sebagai boneka.