Nationalgeographic.co.id—Pembunuhan terhadap tokoh penting merupakan kejahatan keji yang kerap menyita perhatian dunia. Beberapa di antaranya mempunyai dampak serius di wilayah tempat kejadiannya. Namun, yang lain mempunyai dampak yang lebih dari sekadar dampak lokal.
Dalam beberapa kasus, peristiwa itu berdampak pada masyarakat dan tempat-tempat yang jangkauannya sangat jauh, baik dalam hal jarak maupun waktu. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh dan karisma korban atau sebab-sebab yang berkaitan dengan mereka.
Rangkaian peristiwa yang terjadi setelah kematian terkenal dapat mengubah masa depan jutaan orang, mengubah sejarah dan umat manusia.
Peristiwa pembunuhan Julius Caesar yang fenomenal dalam sejarah dunia
Menjelang pembunuhannya, Julius Caesar mendapatkan predikat “diktator seumur hidup”, meski sebenarnya ia sangat populer di kalangan masyarakat Romawi.
Caesar pernah menjadi anggota triumvirat, memerintah Romawi bersama dua orang lainnya. Alih-alih bekerja sama, rekan-rekannya itu menjadi musuh politiknya.
Di saat yang sama, Caesar dengan cepat mendapatkan popularitas di masyarakat. Dia menciptakan peluang bagi masyarakat miskin. Dalam sejarah Romawi, Caesar menunjukkan kehebatan militer dan merupakan pembicara yang cerdas dan menawan.
Namun, reputasinya di kalangan masyarakat membuatnya tidak disukai oleh pihak lain dalam skema politik. Khususnya senat Romawi yang kekuasaannya menjadi terbatas di bawah pemerintahan Caesar.
Sekelompok konspirator, yang diperkirakan berjumlah 60 orang, membuat rencana untuk membunuh Caesar. Mereka berhasil menyelesaikan rencananya pada tanggal 15 Maret 44 SM dalam rapat Senat.
Jika berhasil menyingkirkan Caesar, kelompok tersebut berharap dapat memulihkan banyak elemen di republik. Kekuasaan didistribusikan ke lebih banyak anggota Senat, yang sebagian besar adalah para pembunuh Caesar.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Di Balik Karya Salvador Dali pada Permen Chupa Chups
“Kematian Caesar rupanya mempunyai dampak sebaliknya,” tulis Kassandre Dwyer di laman The Collector. Mayoritas masyarakat marah terhadap penjahat yang telah membunuh pemimpin tercinta mereka. Beberapa perang saudara terjadi setelah pembunuhan tersebut dan pemerintahan berada dalam kekacauan.
Akhirnya, anak angkat Caesar, Oktavianus, merebut kekuasaan dan menjadi kaisar pertama di Romawi. Oktavianus secara resmi mengakhiri republik tersebut.
Pada puncaknya, Kekaisaran Romawi merupakan struktur politik dan sosial paling luas dalam peradaban Barat. Sejumlah konvensi modern dalam pemerintahan dan kebudayaan dapat ditelusuri akarnya hingga ke kekaisaran terkuat dalam sejarah dunia kuno ini.
Franz Ferdinand, pembunuhannya memicu Perang Dunia I
Pembunuhan Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria sering dianggap sebagai katalisator yang memicu terjadinya Perang Dunia I. Pembunuhan Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria memicu efek domino dari peristiwa-peristiwa besar.
Pembunuhnya adalah Gavrilo Princip, anggota kelompok nasionalis Serbia. Pada Juni 1914, pewaris takhta Austria dan istrinya Sophie dibunuh dengan tembakan saat berkendara melalui jalan-jalan Sarajevo.
Kelompok Princip bertujuan untuk menyatukan seluruh etnis Serbia di negara mereka sendiri, menyingkirkan mereka dari kekuasaan Austria-Hungaria.
Hal itu bukan merupakan keinginan baru namun berdasarkan konflik yang telah terjadi di wilayah tersebut selama bertahun-tahun. Kematian tersebut tidak dilihat sebagai serangan tunggal melainkan serangan terhadap Austria-Hungaria secara keseluruhan.
“Austria mengira pemerintah Serbia terlibat dalam serangan tersebut dan mulai mengembangkan ide untuk membalas,” tulis Dwyer. Kedua belah pihak mulai mencari sekutu.
Pada tanggal 23 Juli, Austria-Hungaria mengirimkan ultimatum ke Serbia, menuntut agar mereka mengakui keterlibatannya dan mengeluarkan permintaan maaf resmi. Serbia menyetujuinya, namun dengan syarat polisi Austria tidak diizinkan masuk ke Serbia.
Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia pada tanggal 28 Juli. Kemudian negara-negara lain secara bertahap terlibat dalam perang selama beberapa minggu berikutnya karena aliansi yang telah terjalin sebelumnya.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Mengapa Hindu Bali Bisa Berbeda dengan Hindu India?
Rusia mendukung Serbia, jadi Jerman mendukung Austria-Hungaria untuk melawan Rusia. Jerman kemudian menyatakan perang terhadap Prancis dan Belgia, membawa Inggris ke dalam perang untuk menepati janji membela Belgia.
Pembunuhan John F. Kennedy yang menimbulkan trauma mendalam
Kepresidenan John F. Kennedy penuh dengan tantangan yang akan berdampak pada dunia selama beberapa dekade mendatang. Selama masa jabatannya, ia menghadapi Perang Dingin dengan Soviet, Perang Vietnam, Hak Sipil, perlombaan luar angkasa, dan banyak lagi. Meski begitu, ia tetap sangat populer dan dicintai oleh bangsanya.
Pembunuhan Kennedy menimbulkan trauma bagi rakyat Amerika. Popularitasnya, seiring dengan teknologi saat itu, meninggalkan jejak dalam sejarah dunia. Berkat liputan media yang begitu luas, detail kematian Kennedy disiarkan dan dicetak di surat kabar.
Hilangnya seorang presiden, suami, dan ayah muda yang tampan merupakan hal yang memilukan bagi banyak orang Amerika. Keinginan untuk memahami kematian Kennedy akan memunculkan banyak konspirasi yang masih ada hingga saat ini. Teorinya sangat beragam, mulai dari keterlibatan CIA hingga mafia.
Ngo Dinh Diem yang memicu protes dan kekerasan dalam sejarah Vietnam
Sebagai penguasa otokratis Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem bersikap tegas dalam menghadapi komunisme. Namun, para pejabat Amerika segera menyadari bahwa ia adalah pemimpin yang sulit untuk dihadapi. Ia juga keras dalam memerintah rakyatnya sendiri, khususnya yang mayoritas beragama Buddha.
Sang penguasa enggan mengizinkan reformasi demokrasi yang disarankan oleh para penasihat Amerika Serikat. Rumor kudeta terhadap Diem mulai beredar. Amerika Serikat menghadapi dilema: mendukung kudeta atau terus mendukung Diem yang semakin sulit dihadapi?
Pada tanggal 2 November 1963, sekelompok perwira tentara Vietnam membunuh Diem dan saudaranya. “Amerika Serikat tidak pernah secara terbuka mengakui keterlibatannya,” tambah Dwyer. Para pejabat pada saat itu berbeda pendapat mengenai apakah mereka akan mendukung kudeta tersebut atau tidak.
Pembunuhan Diem tidak memperbaiki ketidakstabilan di Vietnam Selatan dan kondisi peperangan. Sebaliknya, kondisi di Vietnam Selatan menjadi lebih tidak stabil. Muncul serangkaian faksi yang memperoleh dan kehilangan kekuasaan dalam pemerintahan selama beberapa tahun ke depan.
Hal ini akan menyebabkan keterlibatan Amerika Serikat yang lebih besar dalam perang. Perang pun menewaskan 58.000 orang Amerika dan 1,5 juta orang Vietnam.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Mengapa Orang Mesir Kuno Suka Membangun Piramida?
Kontroversi terus meningkat selama beberapa tahun berikutnya di Amerika Serikat dan luar negeri. Selain itu, protes bermunculan dan sering kali berujung pada kekerasan. Bagaimana hasil Perang Vietnam bisa diubah dengan adanya pemerintahan pusat yang kuat di Vietnam Selatan? Sejarah tidak akan pernah tahu.
Pembunuhan Indira Gandhi, buntut dari penyerbuan Golden Temple
Pada awal tahun 1980-an, sebagian wilayah India sedang mengalami kekacauan yang berkaitan dengan agama. “Beberapa sekte separatis Sikh berkampanye untuk kemerdekaan tanah air mereka sendiri,” ungkap Dwyer.
Pemerintah menanggapinya dengan berupaya membubarkan kelompok ini di tengah serangan teror dan pembunuhan bermotif politik. Pada tahun 1984, Perdana Menteri Indira Gandhi memimpin negara ini dan dikenal karena kekejaman politiknya. Dia adalah perdana menteri perempuan pertama di India dan, hingga saat ini, merupakan perdana menteri terlama kedua.
Gandhi memberi izin kepada pejabat militer untuk menyerbu Golden Temple, kuil paling suci di antara kuil Sikh. Mereka mengusir kelompok separatis yang bersembunyi di sana. Tindakan ini membuat marah banyak umat Sikh, bahkan yang lebih moderat, di seluruh dunia.
Mereka melihatnya sebagai pelanggaran terhadap tempat suci. Sebagai pembalasan, pada tanggal 31 Oktober, Gandhi dibunuh oleh pengawal Sikhnya.
Pembunuhan ini menyebabkan kerusuhan selama 4 hari di Delhi dan India Utara. Kerusuhan itu menewaskan lebih dari 10.000 orang Sikh sebagai balas dendam atas kematian Perdana Menteri. Massa yang melakukan pembunuhan balas dendam ini didukung oleh partai kongres yang berkuasa.