Kaisar Romawi Caligula Itu Benar Gila atau Kita yang Salah Memahaminya?

By Ade S, Selasa, 28 Mei 2024 | 10:03 WIB
Eksplorasi mendalam tentang kaisar Romawi, Caligula, dan debat yang berkepanjangan tentang kegilaannya. (Sergey Sosnovskiy )

Kejam tapi Masih Berpikir Jernih

Enam bulan setelah naik takhta, Kaisar mengalami perubahan perilaku yang mencolok. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa perubahan ini disebabkan oleh suatu penyakit serius.

Namun, seperti dilansir dari National Geographic, Barrett berargumen bahwa situasinya lebih terkait dengan akhir dari periode awal yang tanpa masalah dan peningkatan tekanan yang dihadapi.

Dia meyakini bahwa ketika sang kaisar mulai menyadari beratnya tanggung jawab administratif dan politik, pemimpin yang masih hijau dan tidak siap tersebut menghadapi kesulitan dalam menjalankan tugasnya.

Karena tidak memiliki pelatihan yang memadai dan keahlian politik yang kurang, Caligula mulai kehilangan pegangan dan dukungan dari rakyat serta Senat.

Dalam waktu singkat, Caligula mulai melancarkan serangan terhadap lawan-lawannya, memulai kampanye militer yang mahal dan kurang dipikirkan dengan matang, serta memberikan perintah untuk membunuh istrinya sendiri.

Rumor yang beredar menyebutkan bahwa kaisar yang dikenal karena kesenangannya itu terlibat hubungan terlarang dengan saudara perempuannya, Julia Livilla dan Agrippina the Younger, yang kelak menjadi ibu dari Kaisar Nero.

Setelah menyadari adanya konspirasi terhadap pemerintahannya, Caligula memutuskan untuk mengasingkan mereka. Tindakannya yang kontroversial, sikapnya yang menantang dan merendahkan Senat, serta perintahnya yang tanpa ampun untuk membunuh, semakin menambah daftar kekejaman yang dilakukannya.

Perilaku Caligula yang tidak konsisten, termasuk tindakannya yang ekstrem seperti memaksa gladiator dengan kecacatan fisik untuk bertarung melawan binatang buas demi hiburan, telah memicu dugaan bahwa dia mungkin mengalami gangguan mood atau kondisi mental lainnya.

Beberapa analisis retrospektif bahkan menuduh berbagai kondisi, mulai dari epilepsi psikotik hingga ensefalitis.

Namun, Barrett berpendapat bahwa Caligula sebenarnya adalah seseorang yang berpikiran jernih. Pandangan ini menunjukkan bahwa kekejamannya bukanlah akibat dari gangguan mental, melainkan merupakan refleksi dari sifatnya yang secara inheren kejam dan sinis.

Baca Juga: Mengeja Ulang Narasi Caligula Kekaisaran Romawi, Benarkah Gila?