Kaisar Romawi Caligula Itu Benar Gila atau Kita yang Salah Memahaminya?

By Ade S, Selasa, 28 Mei 2024 | 10:03 WIB
Eksplorasi mendalam tentang kaisar Romawi, Caligula, dan debat yang berkepanjangan tentang kegilaannya. (Sergey Sosnovskiy )

“Hingga akhir hayatnya, Caligula membuat keputusan yang rasional,” kata Barrett, membandingkannya lebih dengan Joseph Stalin daripada tokoh Hitler yang gila. “Dia bisa membedakan antara kenyataan dan khayalan.”

Namun, kenyataan sang monarki adalah kekuasaan mutlak—hak istimewa yang dia gunakan secara strategis dan sesuka hati. Kekuasaan itu pasti akan mempengaruhi siapa pun.

“Ketika dia memasuki kota, kekuasaan penuh dan mutlak langsung diberikan kepadanya dengan persetujuan bulat dari senat dan rakyat,” klaim Suetonius, seorang sejarawan yang dikenal karena biografi-biografinya tentang para Kaisar.

Namun, sejak awal, kekuasaan imperial Caligula telah dicelupkan dalam darah ribuan korban persembahan hewan. “Kegembiraan publik begitu besar,” kata Suetonius, “bahwa dalam tiga bulan berikutnya… lebih dari seratus enam puluh ribu korban dikatakan telah tewas dalam persembahan.”

Fakta Sejarah atau Hanya Gosip?

Pengaruh politik dan gosip telah mencoreng catatan sejarah, membuatnya sulit untuk membedakan fakta dari fitnah.

Tacitus, sejarawan yang dianggap paling kredibel pada masa itu, memang menulis tentang Caligula, namun sayangnya, karya-karyanya tentang kaisar ini telah hilang.

Sumber-sumber yang tersisa sering kali menggambarkan Caligula sebagai sosok yang tidak masuk akal dan aneh, suatu pandangan yang diperkuat oleh Barrett yang menyamakan Suetonius dan Cassius Dio dengan wartawan tabloid yang berburu cerita sensasional.

Perilaku Caligula mungkin memang kejam, tetapi mungkin tidak seburuk yang digambarkan oleh Dio dan Suetonius. Sebagai contoh, klaim Caligula yang ingin diperlakukan sebagai dewa mungkin hanyalah bagian dari praktik umum di provinsi-provinsi Romawi, di mana mereka diwajibkan untuk mengakui kultus kekaisaran. Namun, Barrett menunjukkan bahwa tidak ada bukti konkret, seperti koin, yang mendukung klaim tersebut di Roma atau Italia.

Kemudian, ada cerita terkenal tentang Caligula yang ingin menjadikan kudanya sebagai konsul, suatu rencana yang tidak pernah terlaksana. Barrett berpendapat bahwa cerita ini mungkin hanyalah ejekan Caligula terhadap senator-senator yang ia anggap tidak kompeten dan lemah—sebuah sindiran bahwa bahkan seekor hewan pun bisa menggantikan mereka.