Sementara, Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) tidak memiliki pengaruh yang kuat untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Eropa Barat. Oleh karena itu, bangsa Barat menghendaki kejayaan seperti Kekaisaran Romawi, namun atas kerajaannya masing-masing.
Kejayaan ini termasuk menguasai komoditas penting seperti rempah-rempah dan emas.
Pada abad ke-16, ilmu pengetahuan juga berkembang di Eropa. Ragam sumber catatan sejarah dari Yunani kuno dan peradaban Islam dimanfaatkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Salah satu subjek ilmu pengetahuan yang dikembangkan adalah geografi. Banyak kartografer dan ahli geografi mencatat, memetakan, dan mendokumentasikan tempat-tempat baru.
Eksplorasi Dunia yang Belum Terjamah Setelah Surutnya Kekuasaan Andalusia
Salah satu masa awal gerbang penjelajahan laut adalah ketika kekuasaan Andalusia, yang sempat berkuasa di seluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal hari ini), makin surut.
Dari sinilah, Kerajaan Spanyol dan Portugis berdiri setelah mengalami rangkaian konflik dengan Andalusia, internal mereka sendiri, atau pertikaian antara kedua negara tersebut.
Penjelajahan dimulai untuk mengetahui tempat-tempat baru, dan akses menuju pulau-pulau penghasil rempah.
Penjelajah Portugis Pangeran Henry (1394–1460) menjadi pembuka pengetahuan bagi bangsa Barat bahwa terdapat jalur laut ke kepulauan Indonesia. Jalur ini melintasi Afrika Selatan yang belum pernah dieksplorasi oleh bangsa Eropa.
Pada 1498, untuk pertama kalinya bangsa Portugis berhasil mencapai India melalui pelayaran laut. Ekspedisi laut ini dilakukan oleh Vasco da Gama (skt. 1460–1524) yang mendarat di Kalkuta, India.
Baca Juga: Awal Kedatangan Belanda di Jawa dalam Catatan Sejarah Kolonial
India sendiri merupakan penghasil rempah-rempah yang telah diketahui sejak lama dalam sejarah. Di sisi lain, India juga merupakan tempat persinggahan Jalur Sutra pada abad pertengahan yang mendapatkan komoditas rempah-rempah lain dari kepulauan Indonesia, kawasan tropis yang memproduksi lebih banyak jenis rempah.
Alfonso de Albuquerque telah mencapai Malaka dan Kepulauan Maluku pada 1512. Penjalajahannya membuka pengetahuan tentang wilayah tropis penghasil rempah-rempah eksotis dan sangat bernilai.
Eksperimen penjelajahan laut lainnya dilakukan oleh Christopher Columbus (1451–1506) dari Spanyol, dengan mencoba menyeberangi Samudra Atlantik. Berdasarkan penghitungannya, dan pengetahuan umum bentuk Bumi bulat, dia bisa mencapai kepulauan penghasil rempah.
Sayangnya, Columbus mendarat di benua baru, Amerika. Sampai akhir hayatnya, ia masih menganggap Amerika sebagai tanah Hindia penghasil rempah di Asia.
Pengarungan samudra untuk mengitari Bumi dan mencapai kepulauan rempah di Asia Tenggara baru berhasil dilakukan oleh Fernando de Magelhaens (1480–1521) bersama Juan Sebastian Elcano. Penjelajahannya yang dimulai pada 1522, membuka kemungkinan bangsa Barat dapat menguasai kepulauan rempah seperti Maluku dan Filipina dengan mengarungi Atlantik dan Pasifik.
Sumber-sumber catatan para penjelajah ini dimanfaatkan oleh para penguasa Eropa selanjutnya. Catatan ini, awalnya dipakai oleh para pedagang. Lambat laun, angkatan laut para penguasa Barat mempelajari untuk membuka kesempatan menegakkan kekuasaan di belahan bumi lainnya, termasuk kepulauan Indonesia.