Kenapa Bangsa Barat Mengarungi Lautan Demi Rempah-rempah Indonesia?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 30 Mei 2024 | 18:00 WIB
Karya awal Andries van Eertvelt ini didasarkan pada lukisan yang lebih terkenal karya master Eertvelt, Hendrick Cornelisz Vroom (1566-1640) yang ada di Rijksmuseum, Amsterdam. Kapal-kapal bangsa Barat menjelajahi samudra untuk mencapai daerah penghasil rempah seperti kepulauan Indonesia. Apa motivasi mereka? (Hendrick Cornelisz Vroom/Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Sejak abad ke-16, bangsa Barat dari Portugis, Spanyol, dan Belanda datang ke kepulauan Indonesia. Mereka datang dengan kapal—berlayar sangat jauh mengarungi samudra—dengan teknologi yang sedikit lebih canggih.

Tujuan awalnya, mereka hendak berdagang dengan kerajaan dan penguasa setempat. Seiring waktu, bangsa Barat menggeser kekuasaan, kolonialisme berdiri.

Di saat bersamaan, kepulauan Indonesia masih jarang dieksplorasi. Pengelana Barat yang pernah bersinggungan dengan kepulauan kawasan tropis ini hanya Marco Polo yang kala itu bertanggung jawab kepada Mongol (Dinasti Yuan di bawah Kubilai Khan) pada abad pertengahan.

Hanya sedikit yang diketahui tentang kepulauan Indonesia. Lantas, apa yang membuat bangsa Barat datang ke mari? Berikut penjelasannya.

Kekhasiatan Rempah untuk Pangan dan Pengobatan

Pengetahuan tentang Asia Tenggara, apa lagi kepulauan Indonesia, bermula dari ahli geografi Yunani abad pertama Masehi Klaudius Ptolemaeus. Bangsa Barat tidak mengetahui banyak tentang Asia, begitupula Ptolemaeus.

Ptolemaeus hanya menerka-nerka dan mencari sumber geografi tentang dunia di balik India. Dia menggambarkan peta Geographia-nya bahwa ada kepulauan yang kaya akan sumber daya alam di Dunia Timur.

Pengetahuan tentang India sendiri sudah diketahui banyak oleh orang Yunani berkat ekspedisi militer Aleksander Agung pada 372 SM.

Peta dunia karya Claudius Ptolemaeus yang dibuat tahun 150 Masehi. (Francesco di Antonio del Chierico)

Sementara itu, rempah-rempah diperkenalkan sejak era Mesir kuno dan peradaban Timur Tengah kuno. Pengetahuan tentang rempah ini tersebar ke Eropa. Kekaisaran Romawi di Eropa pun memperluas kekuasaannya untuk menguasai kota terpenting dalam perdagangan rempah dari Dunia Timur.

Pemanfaatannya sebagai pengobatan berkembang ketika peradaban Islam pesat di Timur Tengah. Ibnu Sina (980–1037 M) adalah salah satunya yang memperkenalkan kekhasiatan rempah sebagai sumber daya medis herbal.

Baca Juga: Sisi Lain Kehidupan Marco Polo, Penjelajah Sohor dalam Sejarah Dunia

Selain medis herbal, pada masa sejarah, rempah punya ragam manfaat, mulai dari penyedap rasa hingga bahan pengawetan. Itu sebabnya, rempah sangat bernilai. Harganya pun sangat mahal di berbagai kota perdagangan jalur sutra.

Ragam kegunaan dan berharganya rempah inilah yang mendorong bangsa Eropa pada abad ke-16 menjelajah. 

Jatuhnya Konstantinopel

Seabad sebelum masa penjelajahan bangsa Barat, Konstantinopel jatuh ke tangan Kekaisaran Ottoman.

Konstantinopel bukan hanya menjadi benteng terakhir bagi kekuasaan Romawi Timur dan dunia Kekristenan, melainkan juga kota penting untuk perdagangan Jalur Sutra. Kota ini menjadi distributor utama pelbagai barang eksotis, termasuk rempah-rempah.

Ketika Kekaisaran Ottoman di bawah Mehmed II (1432–1481) menguasai Konstantinopel, berdampak pada politik dan perdagangan kerajaan-kerajaan Eropa.

Merebut Konstantinopel untuk dijadikan ibu kota baru Kekaisaran Ottoman adalah impian Mehmed II. Akan tetapi, imbasnya adalah mendorong eksplorasi jalur perdagangan lain oleh bangsa Barat demi mencapai kawasan rempah-rempah, termasuk kepulauan Indonesia. (Fausto Zonaro)

Kerajaan-kerajaan Kekristenan di Eropa mencari sumber alternatif lain untuk mendapat komoditas eksotis, alih-alih terus berdagang dengan kesultanan Islam ini.

Sentimen keagamaan ini sudah mengakar, terutama setelah rangkaian Perang Salib yang telah berlangsung sejak akhir abad ke-11. Jika Jalur Sutra yang melintasi daratan Asia dan Eropa tidak lagi menarik, maka bangsa Barat beralih untuk mencari jalan lain: pengarungan samudra.

Perebutan antarkuasa bangsa Barat

Meski memiliki musuh yang sama, yakni kerajaan-kerajaan Islam seperti Kekaisaran Ottoman, bangsa Barat tidak selalu kompak. Pertikaian antarkerajaan di Eropa terus bergulir. Perpecahan di Eropa disebabkan jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada 476 M.

Baca Juga: Mengapa Ada Banyak Filsuf Hebat yang Lahir dari Yunani Kuno?

Sementara, Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) tidak memiliki pengaruh yang kuat untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Eropa Barat. Oleh karena itu, bangsa Barat menghendaki kejayaan seperti Kekaisaran Romawi, namun atas kerajaannya masing-masing.

Kejayaan ini termasuk menguasai komoditas penting seperti rempah-rempah dan emas. 

Pada abad ke-16, ilmu pengetahuan juga berkembang di Eropa. Ragam sumber catatan sejarah dari Yunani kuno dan peradaban Islam dimanfaatkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Salah satu subjek ilmu pengetahuan yang dikembangkan adalah geografi. Banyak kartografer dan ahli geografi mencatat, memetakan, dan mendokumentasikan tempat-tempat baru.

Eksplorasi Dunia yang Belum Terjamah Setelah Surutnya Kekuasaan Andalusia

Salah satu masa awal gerbang penjelajahan laut adalah ketika kekuasaan Andalusia, yang sempat berkuasa di seluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal hari ini), makin surut.

Dari sinilah, Kerajaan Spanyol dan Portugis berdiri setelah mengalami rangkaian konflik dengan Andalusia, internal mereka sendiri, atau pertikaian antara kedua negara tersebut.

Penjelajahan dimulai untuk mengetahui tempat-tempat baru, dan akses menuju pulau-pulau penghasil rempah.

Prestasi Vasco da Gama memang patut diacungi jempol. Tetapi seperti banyak penjelajah dan penakluk pada saat itu, metodenya brutal. Ia tidak ragu membunuh dan menghancurkan kota agar tuntutannya dipenuhi. (Roque Gameiro/National Library of Portugal)

Penjelajah Portugis Pangeran Henry (1394–1460) menjadi pembuka pengetahuan bagi bangsa Barat bahwa terdapat jalur laut ke kepulauan Indonesia. Jalur ini melintasi Afrika Selatan yang belum pernah dieksplorasi oleh bangsa Eropa.

Pada 1498, untuk pertama kalinya bangsa Portugis berhasil mencapai India melalui pelayaran laut. Ekspedisi laut ini dilakukan oleh Vasco da Gama (skt. 1460–1524) yang mendarat di Kalkuta, India.

Baca Juga: Awal Kedatangan Belanda di Jawa dalam Catatan Sejarah Kolonial

India sendiri merupakan penghasil rempah-rempah yang telah diketahui sejak lama dalam sejarah. Di sisi lain, India juga merupakan tempat persinggahan Jalur Sutra pada abad pertengahan yang mendapatkan komoditas rempah-rempah lain dari kepulauan Indonesia, kawasan tropis yang memproduksi lebih banyak jenis rempah.

Alfonso de Albuquerque telah mencapai Malaka dan Kepulauan Maluku pada 1512. Penjalajahannya membuka pengetahuan tentang wilayah tropis penghasil rempah-rempah eksotis dan sangat bernilai. 

Eksperimen penjelajahan laut lainnya dilakukan oleh Christopher Columbus (1451–1506) dari Spanyol, dengan mencoba menyeberangi Samudra Atlantik. Berdasarkan penghitungannya, dan pengetahuan umum bentuk Bumi bulat, dia bisa mencapai kepulauan penghasil rempah.

Sayangnya, Columbus mendarat di benua baru, Amerika. Sampai akhir hayatnya, ia masih menganggap Amerika sebagai tanah Hindia penghasil rempah di Asia.

Pengarungan samudra untuk mengitari Bumi dan mencapai kepulauan rempah di Asia Tenggara baru berhasil dilakukan oleh Fernando de Magelhaens (1480–1521) bersama Juan Sebastian Elcano. Penjelajahannya yang dimulai pada 1522, membuka kemungkinan bangsa Barat dapat menguasai kepulauan rempah seperti Maluku dan Filipina dengan mengarungi Atlantik dan Pasifik.

Sumber-sumber catatan para penjelajah ini dimanfaatkan oleh para penguasa Eropa selanjutnya. Catatan ini, awalnya dipakai oleh para pedagang. Lambat laun, angkatan laut para penguasa Barat mempelajari untuk membuka kesempatan menegakkan kekuasaan di belahan bumi lainnya, termasuk kepulauan Indonesia.