Pada tahun 1347, seorang penduduk lokal bernama Kazgan merebut kekuasaan dari penguasa Chagatai, Borolday. Kazgan memerintah sampai pembunuhannya pada tahun 1358.
Setelah kematian Kazgan, berbagai panglima perang dan pemimpin agama bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Tughluk Timur, seorang panglima perang Mongol, muncul sebagai pemenang pada tahun 1360.
Timur Muda melawan bangsa Mongol
Paman Timur, Hajji Beg, memimpin Barlas saat itu. Namun ia menolak untuk tunduk kepada Tughluk Timur dan memilih untuk melarikan diri. Karena itu, penguasa Mongol yang baru memutuskan untuk mengangkat Timur muda untuk menggantikannya.
"Faktanya, Timur sudah membuat rencana melawan bangsa Mongol," tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Ia membentuk aliansi dengan cucu Kazgan, Amir Hussein. Timur juga menikahi saudara perempuan Hussein, Aljai Turkanaga.
Ternyata Mongol mengetahui hal itu. Alhasil, Timur dan Hussein pun dicopot dari jabatannya dan terpaksa menjadi bandit untuk bertahan hidup.
Penaklukan Timur dimulai
Keberanian dan keterampilan taktis Timur membuatnya menjadi tentara bayaran yang sukses di Persia. Ia pun segera mengumpulkan banyak pengikut.
Pada tahun 1364, Timur dan Hussein kembali bersatu dan mengalahkan Ilyas Khoja, putra Tughluk Timur. Pada tahun 1366, kedua panglima perang tersebut menguasai Transoxiana.
Istri pertama Timur meninggal pada tahun 1370. Setelah itu, Timur pun bisa menyerang mantan sekutunya, Hussein. Hussein dikepung dan dibunuh di Balkh. Timur menyatakan dirinya sebagai penguasa seluruh wilayah.
Timur bukanlah keturunan langsung Genghis Khan dari pihak ayahnya, jadi ia memerintah sebagai amir (dari kata Arab untuk pangeran), bukan sebagai khan. Selama dekade berikutnya, Timur juga menguasai seluruh Asia Tengah.
Baca Juga: Perjalanan Karier Maḥmud Ghazan, Pemimpin Mongol yang Memeluk Islam