Sejarawan abad ke-16 John Stow menyatakan Henry telah mengeksekusi sekitar 70.000 orang pada masa pemerintahannya. Meskipun itu terlalu berlebihan, jumlahnya pasti mencapai ratusan.
Kehilangan banyak harta
Henry VIII mewarisi kekayaan besar, setara dengan £375 juta saat ini. Ia juga mendapatkan sejumlah harta dari pembubaran biara dan pajak baru yang diberlakukan oleh Cromwell. Namun pemerintahan Henry tampaknya selalu berada di ambang kebangkrutan. Hal itu berkat pengeluarannya yang boros.
Menghadirkan pertunjukan keagungan dan kekuasaan yang luar biasa kepada dunia tidaklah murah. Konon masa pemerintahan Henry adalah salah satu yang paling mewah dalam sejarah dunia. Namun, perang kontinental yang berlangsung selama pemerintahan Henry VIII memakan banyak biaya.
"Warisannya pun terkuras, inflasi dan kenaikan harga membuatnya bangkrut," tambah Pruitt. Dua kali pada masa pemerintahannya (pada tahun 1526 dan 1539) Henry mendevaluasi mata uang Inggris. Tindakan itu memberikan keringanan sementara namun akhirnya memperburuk inflasi. Akhirnya Henry VIII meninggal dengan banyak utang.
Apa penyebab kegilaan Henry VIII?
Beberapa orang berpendapat bahwa cedera serius Henry dalam kecelakaan tombak pada tahun 1536 menandai titik balik dalam transformasinya. Setelah kecelakaan, ia berubah, dari seorang penguasa yang relatif murah hati menjadi tiran pembunuh istri.
Dengan beragam masalah kesehatan, termasuk luka di kaki, kecelakaan tersebut membatasi pergerakannya. Hal tersebut akhirnya menyebabkan berat badannya bertambah dengan cepat.
Kepribadian Henry VIII juga berubah. Awalnya ia adalah raja yang mudah curiga. Perlahan, Henry VIII menjadi sosok yang paranoid. Perubahan ini, dikombinasikan dengan sikap merasa benar sendiri dan kekuasaan absolutnya, membuat Henry menjadi raja yang berbahaya.
Warisan Henry VIII
Pada saat dia meninggal pada tahun 1547, Henry VIII dilaporkan memiliki berat badan hampir 182 kg. Ia adalah seorang pria yang sangat sakit dan tidak bahagia. Meski demikian, Henry VIII tetap menjadi penguasa yang aktif hingga akhir hayatnya.
Kematiannya meninggalkan banyak kebingungan dan kekacauan. Putranya yang masih kecil dan penerusnya, Raja Edward VI, dikendalikan oleh para penasihatnya. Kematian Edward VI karena tuberkulosis pada tahun 1553 pun memicu krisis suksesi.
Setelah putri Henry VIII, Mary I, mendapatkan kembali takhta, dia menghabiskan 5 tahun di atas takhta. Saat itu, Ratu Mary I mencoba membawa Inggris kembali ke wilayah Katolik. Dia meninggal pada tahun 1558. Takhta diserahkan kepada Elizabeth I untuk memulihkan dan memperkuat reformasi ayahnya.
Meski bukan tanpa kekurangannya, para sejarawan memuji Elizabeth. Elizabeth I berhasil menjaga Inggris tetap bersatu di tengah perpecahan agama yang sengit. Hal itu merupakan suatu prestasi yang sangat luar biasa mengingat dia ‘hanya’ seorang wanita.
Sejarawan mendokumentisikan hal-hal buruk tentang Raja Henry VIII. Namun benarkah ia adalah seorang raja terburuk dalam sejarah dunia?