Nationalgeographic.co.id—Imajinasi tentang pesta liar yang bernuansa seksual sering kali muncul ketika membicarakan era Romawi dan Yunani Kuno.
Hal ini terutama terjadi karena banyaknya buku atau film yang menggambarkan adegan-adegan tersebut.
Namun, benarkah pesta liar tersebut benar-benar terjadi pada dua era kuno tersebut? Terlebih, benarkah mereka benar-benar menikmati pesta tersebut?
Untuk menemukan jawabannya, mari kita simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Ritual Asal Yunani yang Penuh Misteri dan Gairah
Kata "orgy" berasal dari kata Yunani "orgia," yang mengacu pada ritual yang diadakan untuk menghormati dewa seperti Dionysus, di mana pemujaannya merayakan regenerasi alam.
Ritual ini berkaitan dengan apa yang dikenal sebagai "misteri kultus," yaitu serangkaian ritual yang eksklusif bagi inisiator, baik pria maupun wanita, yang telah bersumpah untuk merahasiakan detail-detailnya.
Di sisi lain, istilah "orgia" merujuk pada gairah dan sensasi. Sementara ritual orgyastik - yang sedikit diketahui karena misteri yang menyelimutinya - dapat melibatkan penggambaran objek dalam bentuk seksual.
Umumnya dilakukan dalam rangkaian pertunjukan ekstatis dan kekerasan yang bertujuan untuk mencapai keadaan kelengar kolektif.
Baru setelah tahun 1800, selama abad ke-19 dan terutama dalam literatur Prancis, kata "orgy" diartikan sebagai praktik seksual kelompok. Umumnya dikaitkan dengan kelebihan alkohol dan makanan.
Flaubert dalam kisahnya Smarh, yang ditulis pada tahun 1839, menggambarkan pesta malam hari, pesta pora yang penuh dengan wanita telanjang, secantik Venus.
Baca Juga: Mengapa Pedofilia Jadi Hal yang Normal pada Era Romawi dan Yunani Kuno?