Bahkan, "Hukum Romawi" menggambarkan sistem hukum yang digunakan di seluruh Eropa Barat hingga abad ke-18.
Terakhir, orang Romawi menggunakan pemimpin lokal, selain orang Romawi sendiri, untuk menegakkan hukum di wilayah mereka. Penduduk lebih mengenal pemimpin mereka sendiri, dan lebih mungkin mengikuti pengumuman yang dikeluarkan oleh pemimpin lokal.
Sebagai contoh, pemimpin Israel bekerja sama dengan otoritas Romawi di wilayah Palestina Romawi, sementara pemimpin Inggris sering bekerja sama dengan orang Romawi di pulau Inggris Raya.
Beberapa orang yang lahir di wilayah Romawi akhirnya menjadi kaisar Romawi: misalnya, Kaisar Konstantinus lahir di tempat yang sekarang menjadi Serbia; Kaisar Hadrian mungkin lahir di tempat yang sekarang menjadi Spanyol. Interaksi ini mengurangi konflik antara Romawi dan wilayah kekuasaannya.
5. Pembagian Kerja
Peradaban ditandai dengan pembagian kerja yang kompleks, di mana berbagai pekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang berbeda dengan spesialisasi masing-masing.
Hal ini berbeda dengan masyarakat agraris murni, di mana anggotanya dapat memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan sandang secara mandiri. Dalam peradaban yang kompleks, pembagian kerja menjadi lebih jelas.
Petani, misalnya, mungkin hanya fokus menanam satu jenis tanaman dan bergantung pada orang lain untuk mendapatkan makanan lain, pakaian, tempat tinggal, dan informasi.
Peradaban yang mengandalkan perdagangan memiliki ciri khas tersendiri dalam pembagian kerja. Kota Timbuktu, yang terletak di Mali, merupakan contohnya. Kota ini dulunya merupakan pusat perdagangan penting bagi beberapa peradaban Afrika.
Penduduk Timbuktu memiliki spesialisasi dalam perdagangan barang-barang seperti emas, gading gajah, atau budak. Penduduk lainnya menyediakan makanan atau tempat tinggal bagi kafilah perdagangan yang melintasi Sahara dengan unta.
Pusat kota Timbuktu juga menjadi pusat pembelajaran, di mana pembagian kerja tidak hanya mencakup pedagang, tetapi juga dokter, pemimpin agama, dan seniman.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Perbandingan Peradaban Yunani Kuno dan Romawi Kuno
6. Kelas Sosial
Salah satu ciri penting yang menjadi kunci perkembangan peradaban adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial. Ini merupakan konsep kompleks yang dapat dibagi menjadi dua dimensi utama: pendapatan dan jenis pekerjaan.
Mobilitas sosial, perpindahan antar kelas, secara tradisional sulit terjadi dan biasanya berlangsung selama beberapa generasi.
Kelas sosial dapat diartikan sebagai kelompok masyarakat yang dipisahkan berdasarkan pendapatan. Pembagian ini terkadang disebut sebagai "kelas ekonomi". Peradaban Barat modern sering membagi kelas ekonomi menjadi tiga kategori utama: kaya, menengah, dan miskin.
Di peradaban Eropa abad pertengahan, sistem kelas ekonomi lebih sederhana. Raja dan ratu memiliki kekayaan dan tanah yang luas, sedangkan para budak (pekerja tanah) hampir tidak memiliki apa-apa. Seiring waktu, kelas ekonomi pedagang muncul dan berkembang pesat.
Kelas sosial juga dapat merujuk pada jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat. Ada banyak cara untuk membagi kelas sosial berdasarkan pekerjaan. Kelas sosial sering dikaitkan dengan kelas ekonomi, tetapi tidak selalu ditentukan olehnya.
Di peradaban Tiongkok kuno, terdapat empat kelas sosial utama. Cendekiawan dan pemimpin politik (dikenal sebagai shi) menduduki kelas sosial paling tinggi. Petani dan pekerja pertanian (nong) berada di peringkat berikutnya. Kemudian disusul para seniman (gong) yang membuat berbagai barang, dari sepatu kuda hingga jubah sutra.
Di dasar piramida kelas sosial terdapat para pedagang yang berbisnis jual-beli barang dan jasa. Dikenal sebagai shang, para pedagang ini terkadang jauh lebih kaya daripada kelas lainnya, namun memiliki status sosial yang lebih rendah.
Memahami ciri-ciri khas peradaban ini membuka jendela untuk memahami sejarah dunia dan kompleksitasnya.
Dari monumen yang menjulang tinggi hingga nilai-nilai yang dipegang teguh, setiap aspek peradaban mencerminkan kisah unik tentang bagaimana manusia membangun komunitas, mencapai kemajuan, dan meninggalkan jejak mereka di dunia.
Dengan menjelajahi ciri-ciri peradaban ini, kita dapat menghargai warisan yang kaya dari peradaban yang telah datang sebelum kita dan menggunakan pengetahuannya untuk membangun masa depan yang lebih cerah.