China Kembali ke 'Masa Sampah Sejarah', Mirip Era Dinasti Ming?

By Ade S, Sabtu, 10 Agustus 2024 | 10:03 WIB
Istilah 'masa sampah sejarah' kembali populer di China. Kondisi ekonomi saat ini dinilai mirip dengan era Dinasti Ming. Apakah China benar-benar menuju kehancuran? (GuangWu YANG)

"Ada yang bilang sejarah punya masa sampah," tulis seorang pengguna Xiaohongshu yang membagikan grafik tersebut, bersama dengan saran tentang perawatan diri. "Individu tidak punya masa sampah."

Mirip era Dinasti Ming

Meskipun sering dikaitkan dengan ekonom Austria Ludwig von Mises, asal-usul pasti istilah ini masih menjadi perdebatan. Beberapa pihak berpendapat bahwa istilah ini merupakan interpretasi bebas terhadap pemikiran Mises yang menganjurkan pasar bebas.

Namun, penggunaan istilah ini di China lebih banyak dipengaruhi oleh konteks sosial dan politik saat ini. Warganet yang menggunakan istilah ini seringkali mengaitkannya dengan kondisi ekonomi dan sosial yang dianggap tidak ideal, seperti tingginya tingkat pengangguran, ketidaksetaraan sosial, dan korupsi.

Penggunaan istilah "Masa Sampah Sejarah" juga sering kali diinterpretasikan sebagai kritik terselubung terhadap pemerintahan. Artikel yang ditulis oleh Ma Xiangyang di The Economic Observer, yang membandingkan situasi saat ini dengan masa pemerintahan Dinasti Ming, semakin memperkuat interpretasi ini.

"Dalam sejarah China, Dinasti Ming yang dibuka oleh Zhu Yuanzhang adalah contoh tipikal 'Masa Sampah Sejarah,'" ujar Ma.  Zhu adalah kaisar pendiri Dinasti Ming pada abad ke-14.

Ma berpendapat bahwa tindakan-tindakan represif yang dilakukan oleh Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri Dinasti Ming, justru memperpanjang masa kegelapan di China. "Secara obyektif, hal itu hanya memperpanjang durasi dan kedalaman periode kegelapan ini," tulis Ma.

Analogi ini seolah-olah ingin menyampaikan pesan bahwa kebijakan-kebijakan tertentu yang diterapkan oleh pemerintah saat ini justru kontraproduktif dan memperburuk situasi.

Sentimen pesimisme

Ma bahkan menyatakan bahwa "hantu Masa Sampah Sejarah" telah kembali menghantui "jantung Asia".

Pernyataan Ma ini semakin menguatkan sentimen pesimisme yang tengah melanda masyarakat China. Kekecewaan terhadap lesunya ekonomi dan ketidakpastian masa depan semakin meluas. Mimpi besar tentang "Abad China" yang pernah membakar semangat banyak orang kini terasa semakin jauh.

Baca Juga: Katolik di Akhir Masa Dinasti Ming: Kala Buku Catatan Pahala-dosa Dikritik

Selain "Masa Sampah Sejarah", beberapa istilah lain seperti "tang ping" (berbaring datar) dan "nei juan" (berputar ke dalam) juga semakin populer di kalangan generasi muda China. Istilah-istilah ini merefleksikan sikap pasrah dan apatis yang muncul akibat tekanan hidup yang tinggi dan persaingan yang ketat.

Generasi muda China merasa bahwa usaha keras mereka tidak selalu membuahkan hasil yang sepadan. Ketidakadilan sosial, korupsi, dan kesenjangan ekonomi membuat mereka merasa putus asa dan kehilangan motivasi.

Akibatnya, banyak yang memilih untuk "berbaring datar" atau "berputar ke dalam" sebagai bentuk perlawanan pasif terhadap sistem yang dianggap tidak adil.

Ditentang oleh pemerintah

Sebagian besar media pemerintah dan tokoh berpengaruh, tentu saja, menolak keras penggunaan istilah tersebut.

Salah satu kritikus terkemuka adalah Wang Wen, dekan eksekutif Institut Studi Keuangan Chongyang di Universitas Renmin. Dalam artikelnya, Wang secara tegas mengecam penggunaan istilah "Masa Sampah Sejarah" sebagai "pemalsuan konsep akademis". "Menurut Wang, istilah ini tidak hanya salah kaprah, tetapi juga memiliki potensi yang sangat berbahaya," ungkap Hawkins.