Swara Terubus: Sosok Melankolis yang Membingkai Kesadaran Ekologis

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 5 Agustus 2024 | 06:00 WIB
Lukisan berjudul 'Mewangi' karya Alodia Yap, 2023, menampilkan perempuan yang digelayuti bunga-bunga kenanga. Ia ingin menceritakan tentang pengalamannya bersanding dengan alam dan perjumpaan-perjumpaan bersama para penghuninya—puspa dan satwa. Lukisannya diracik melalui pengamatan sains dan sentuhan seni, sehingga memiliki kekayaan pesan cerita yang menghubungkan kerinduan antara manusia dan alam. Juga, sejauh mana penghargaan masyarakat pada sosok perempuan. (ALODIA YAP/SWARA TERUBUS)

Baca Juga: Tafsir Fisika Alam Luar Biasa Van Gogh dari Lukisan-lukisannya

"Yang aku tangkap saat itu ya sekadar keindahannya, keberadaanya secara ekologi." Kemudian dia melanjutkan, "Tapi, setelah aku pulang, aku terbayang-bayang tanaman liar di permukaan batu, daun berbulu di lantai hutan. Aneh aja rasanya. Kok bisa ya ada tumbuhan bisa hidup di batu?" Sejak saat itu sang seniman pun menjadi pemerhati tetumbuhan liar di lingkungannya.

Berkait dengan sosok perempuan muda dalam lukisannya, Alodia mengungkapkan, "perempuan dan ketubuhannya adalah simbol yang aku ambil sebagai subjek. Perempuan sebagai tokoh utama, dengan sifat fisiknya yang berubah."

Menurut pemikirannya, tubuh manusia bukan sekadar cangkang—yang memiliki bentuk indah, cantik, ganteng, dan sebagainya—melainkan dari tubuh itu sejatinya kita bisa menyaksikan beragam kejadian.

"Pertemuan masa lampau sampai sekarang, pertemuan leluhur-leluhur sampai generasi kini [telah] menjelma di tubuh," ujar Alodia. "Mungkin mbahnya dulu orang gunung, sekarang kaki cicitnya kokoh. Mungkin mata sipitnya dari entah generasi di atasnya. Dan mungkin kulit belangnya karena kebiasaanya di bawah matahari pakai baju pendek."

Lukisan 'Air di Atas Daun Talas', karya Alodia pada 2024. Dalam pameran ini ia merefleksikan pengalaman subyektifnya sebagai perempuan. (ALODIA YAP/SWARA TERUBUS)

Alodia ingin menceritakan semua itu kepada kita tentang pengalamannya bersanding dengan alam dan perjumpaan-perjumpaan bersama penghuninya. "Apa yang aku dengar dari tonggeret malam-malam di mata air yang gelap. Apa yang aku lihat dari lumut kecil di sela akar pohon yang besar. Semua itu dengan analogi ketubuhan yang aku maksud."

Peluang kesadaran ekologis untuk kita

Lukisan-lukisannya menampilkan keanekaragaman hayati yang diberi sentuhan rasa berdasar pengalaman pribadinya. Ia telah meracik lukisan melalui pengamatan sains dan sentuhan seni, sehingga karyanya memiliki kekayaan pesan cerita yang menghubungkan kerinduan antara manusia dan alam.

Lukisan 'Hikayat Merawat', 2024. Di setiap karyanya, perempuan dan ketubuhannya tampil subjek atau tokoh utama, dengan sifat fisiknya yang berubah. (ALODIA YAP/SWARA TERUBUS)

Alodia telah menciptakan kesadaran ekologis dalam setiap karyanya. Sebuah kesadaran yang bukan sekadar pengetahuan tentang ekologi, tetapi juga menekankan saling ketergantungan kita dengan alam karena sejatinya kesejahteraan peradaban kita bergantung pada ekosistem yang sehat.

Kesadaran ekologis dalam narasi karyanya turut mendorong tindakan untuk melestarikan dan melindungi ekosistem, serupa upaya ilmuwan warga yang menyelamatkan kota mereka dari kehancuran. Boleh dikata, Alodia adalah seniman sekaligus sebagai ilmuwan warga.