Etruria, Selisik Peradaban Kuno yang Pernah Berkembang di Italia

By Sysilia Tanhati, Kamis, 15 Agustus 2024 | 10:00 WIB
Peradaban kuno Etruria berkembang pesat di Italia tengah antara abad ke-8 dan ke-3 SM. Budaya ini terkenal di zaman kuno karena sumber daya mineralnya yang kaya. (Yann Forget)

Nationalgeographic.co.id—Peradaban kuno Etruria berkembang pesat di Italia tengah antara abad ke-8 dan ke-3 SM.

Budaya ini terkenal di zaman kuno karena sumber daya mineralnya yang kaya. Mineral itu menjadi kekuatan perdagangan Mediterania yang besar.

Sebagian besar budaya dan bahkan sejarah peradaban kuno ini telah dihapuskan atau diasimilasi ke dalam budaya penakluknya, Romawi. Meskipun demikian, makam peninggalan peradaban Etruria masih ada. Selain itu, peradaban Romawi juga mengadopsi sebagian praktik keagamaan dan arsitektur Etruria.

Adopsi tersebut merupakan bukti akan kemakmuran dan kontribusi signifikan terhadap budaya Mediterania yang dicapai oleh peradaban besar pertama Italia.

Kota-kota Etruria

Kota-kota Etruria adalah negara-kota independen yang terhubung satu sama lain oleh agama, bahasa, dan budaya yang sama. Mereka secara geografis tersebar dari Sungai Tiber di selatan hingga bagian Lembah Po di utara.

Kota-kota besar di peradaban kuno yang berkembang secara independen tersebut meliputi Cerveteri (Cisra), Chiusi (Clevsin), Populonia (Puplona), Tarquinia (Tarchuna), Veii (Vei), Vetulonia (Vetluna), dan Vulci (Velch).

Inovasi dalam bidang-bidang seperti manufaktur, seni dan arsitektur, dan pemerintahan terjadi pada waktu yang berbeda di tempat yang berbeda.

Kemakmuran didasarkan pada tanah yang subur dan peralatan pertanian yang lebih baik untuk mengeksploitasinya dengan lebih baik. Selain itu, sumber daya mineral lokal yang kaya dan jaringan perdagangan pun mendorong kemakmuran.

Jalur perdagangan menghubungkan kota-kota Etruria satu sama lain, dengan suku-suku di Italia utara dan di seberang Pegunungan Alpen. Juga dengan negara-negara perdagangan maritim lainnya seperti Fenisia, Yunani, Kartago, dan Timur Dekat secara umum.

Budak, bahan mentah, dan barang-barang manufaktur (terutama tembikar Yunani) diimpor. Orang-orang Etruria mengekspor besi, tembikar bucchero asli mereka sendiri, dan bahan makanan, terutama anggur, minyak zaitun, biji-bijian, dan kacang pinus.

Baca Juga: Selisik Peradaban Kuno yang Pertama Kali Menciptakan Bahasa Tulis

Sejarah peradaban kuno Etruria

Dengan perdagangan yang berkembang pesat sejak abad ke-7 SM, dampak budaya dari peningkatan kontak antarbudaya juga menjadi lebih mendalam. Pengrajin dari Yunani dan Levant menetap di emporia.

Emporia adalah sebutan bagi pelabuhan perdagangan semi-independen yang bermunculan di pantai Tyrrhenian. Emporia yang paling terkenal berada di Pyrgri, salah satu pelabuhan Cerveteri.

Kota-kota Etruria bekerja sama dengan Kartago untuk mempertahankan kepentingan perdagangan mereka melawan armada laut Yunani. Dominasi Etruria atas lautan dan perdagangan maritim di sepanjang pantai Italia begitu besar. Dikarenakan alasan itu, orang-orang Yunani kuno berulang kali menyebut mereka sebagai bajak laut bajingan.

Namun, pada abad ke-5 SM, Sirakusa merupakan kekuatan perdagangan Mediterania yang dominan. Kota Sisilia tersebut bekerja sama dengan Cumae untuk mengalahkan Etruria dalam pertempuran di Cumae pada 474 SM.

Hal yang ebih buruk terjadi ketika tiran Sirakusa Dionysius I memutuskan untuk menyerang pantai Etruria pada tahun 384 SM. “Serangan itu menghancurkan banyak pelabuhan Etruria,” tulis Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia.

Faktor-faktor ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hilangnya perdagangan dan kemunduran banyak kota Etruria. Kemunduran tersebut terjadi pada abad ke-4 hingga ke-3 SM.

Pemerintahan dan masyarakat di peradaban kuno Etruria

Pemerintahan awal kota-kota Etruria didasarkan pada monarki. Namun, kemudian berkembang menjadi pemerintahan oleh oligarki yang mengawasi dan mendominasi semua jabatan publik dan majelis rakyat.

Satu-satunya bukti hubungan politik antara kota-kota adalah pertemuan tahunan Liga Etruria. Dalam pertemuan itu, 12-15 kota terpenting mengirim para penatua untuk bertemu bersama. Tujuan dari pertemuan itu sebagian besar untuk tujuan keagamaan, di tempat suci yang disebut Fanum Voltumnae.

Ada juga banyak bukti bahwa kota-kota Etruria kadang-kadang saling berperang dan bahkan menggusur penduduk. Semua ini merupakan akibat dari persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang didorong oleh peningkatan populasi.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Lima Peradaban Kuno yang Mengubah Kehidupan di Bumi

“Juga oleh keinginan untuk mengendalikan rute perdagangan yang semakin menguntungkan,” tambah Cartwright.

Masyarakat di peradaban kuno Etruria memiliki berbagai tingkat status sosial. Kaum lelaki dari kelompok klan tertentu tampaknya mendominasi peran-peran penting dalam bidang politik, agama, dan keadilan. Keanggotaan seseorang dalam sebuah klan mungkin lebih penting daripada kota tempat asalnya.

Kaum perempuan di peradaban kuno ini menikmati lebih banyak kebebasan daripada di kebanyakan budaya kuno lainnya. Contohnya, mereka mampu mewarisi harta milik atas hak mereka sendiri.

Namun, para wanitanya juga masih belum setara dengan kaum lelaki. Kaum wanita tidak dapat berpartisipasi dalam kehidupan publik di luar acara-acara sosial dan keagamaan.

Agama di perabadan kuno Etruria

Agama masyarakat Etruria bersifat politeistik dengan dewa-dewa untuk semua tempat, objek, gagasan, dan peristiwa penting. Para dewa dianggap memengaruhi atau mengendalikan kehidupan sehari-hari.

Para dewa tersebut dipimpin oleh Tin. Dewa Tin mungkin tidak dianggap terlalu peduli dengan urusan manusia biasa. Untuk itu, ada berbagai macam dewa lain seperti Thanur, dewi kelahiran; Aita, dewa Dunia Bawah; dan Usil, dewa Matahari.

Dewa nasional Etruria tampaknya adalah Veltha (Veltune atau Voltumna) yang sangat erat kaitannya dengan tumbuhan.

Tokoh-tokoh yang lebih kecil termasuk perempuan bersayap yang dikenal sebagai Vanth. Vanth tampaknya menjadi pembawa pesan kematian. Peradaban kuno Etruria juga memiliki pahlawan, di antaranya Hercules. Hercules bersama banyak dewa dan pahlawan Yunani lainnya, diadopsi, diganti namanya. Ia pun duduk di samping dewa-dewa Etruria.

Dua ciri utama agama di peradaban kuno ini adalah augury dan haruspicy. Augury adalah membaca pertanda dari burung dan fenomena cuaca. Sedangkan haruspicy merupakan kegiatan memeriksa isi perut hewan yang dikurbankan untuk meramalkan kejadian di masa depan, terutama hati.

Masyarakat di peradaban kuno Etruria sangat saleh dan sibuk dengan takdir, nasib, dan bagaimana memengaruhinya. Hal ini dicatat oleh penulis kuno seperti Livy. Livy menggambarkan mereka sebagai bangsa yang mengabdikan diri lebih dari yang lain untuk ritual keagamaan.

Baca Juga: Singkap Penemuan Penting yang Berasal dari Peradaban Mesopotamia

Seni di peradaban kuno Etruria

Tidak diragukan lagi warisan seni terbesar bangsa Etruria adalah lukisan dinding makam. Lukisan makam memberikan pandangan unik dan penuh warna ke dunia mereka yang hilang. Hanya 2% makam yang dicat. Hal ini menunjukkan hanya kaum elite yang mampu memiliki kemewahan seperti itu.

Lukisan-lukisan tersebut diaplikasikan baik langsung ke dinding batu atau ke lapisan dasar tipis plester.

Lukisan makam biasanya menggambarkan kecintaan khusus pada tari, musik, perburuan, olahraga, prosesi, dan adegan makan. Terkadang ada juga adegan sejarah seperti pertempuran yang digambarkan di Makam Francois di Vulci.

Lukisan-lukisan tersebut memberi kita gambaran tentang kehidupan sehari-hari orang Etruria, kebiasaan makan, dan pakaian. Selain itu juga mengungkapkan sikap sosial, terutama terhadap budak, orang asing, dan wanita.

Tembikar merupakan bidang keahlian lainnya. Bucchero merupakan tembikar asli Etruria dan memiliki lapisan akhir mengilap yang khas, hampir hitam. Diproduksi sejak awal abad ke-7 SM, gaya ini sering kali meniru bejana perunggu timbul. Bentuk yang populer meliputi mangkuk, kendi, cangkir, perkakas, dan bejana antropomorfik.

Barang-barang Bucchero umumnya ditempatkan di makam dan diekspor secara luas ke seluruh Eropa dan Mediterania. Spesialisasi lain di kemudian hari adalah produksi guci pemakaman terakota yang memiliki figur almarhum.

Pekerjaan perunggu telah menjadi spesialisasi Etruria lainnya yang berasal dari periode Villanovan. Segala macam barang sehari-hari dibuat dari bahan tersebut.

Kemudian, patung logam berskala besar diproduksi dengan kualitas luar biasa. Sangat sedikit contoh yang bertahan. Namun, yang bertahan, terutama Chimera dari Arezzo, merupakan bukti imajinasi dan keterampilan seniman Etruria.

Warisan peradaban kuno Etruria

Bangsa Romawi tidak hanya merampas tanah dan harta karun dari Etruria, tetapi juga mencuri banyak idenya. Bangsa Romawi mengadopsi praktik ramalan Etruria bersama dengan fitur-fitur lain dari agama Etruria. Misalnya ritual untuk membangun kota-kota baru dan membagi wilayah.

Bangsa Romawi mengadopsi banyak hal dari peradaban Etruria, termasuk arsitektur. Pengaruh budaya lainnya termasuk prosesi kemenangan yang akan menjadi kemenangan Romawi. Serta jubah Etruria berwarna putih, ungu atau dengan pinggiran merah. Jubah itu kemudian menjadi toga Romawi.

Dalam hal bahasa, peradaban kuno Etruria mewariskan banyak kata kepada penerus mereka di Italia. Dan melalui alfabet mereka, yang diadaptasi dari bahasa Yunani, mereka akan memengaruhi bahasa-bahasa Eropa utara dengan penciptaan aksara Runik.

Meski peradaban kuno Etruria telah berakhir, mereka meninggal banyak warisan yang penting bagi sejarah Romawi.