Meriam raksasa itu adalah ciptaan Orban (Urban), seorang insinyur Hungaria, penemu besi, dan pandai besi. Ia awalnya menawarkan jasanya kepada Kekaisaran Bizantium. Ketika Kaisar Konstantinus XI tidak mampu membayar jasanya, Orban beralih ke sultan Ottoman.
Mehmed bertanya apakah ciptaannya dapat menembus tembok Konstantinopel. Sang ahli pun menjawab, “Saya dapat membuat meriam dari perunggu dengan kapasitas batu yang Anda inginkan. Saya telah memeriksa tembok kota itu dengan sangat rinci. Saya bisa menghancurkan tembok-tembok ini menjadi debu dengan batu-batu dari senjataku.”
Awal dari akhir
Pada tanggal 5 April, pasukan Kekaisaran Ottoman telah mengepung tembok-tembok tanah. Di saat yang sama, angkatan lautnya memblokade pintu masuk ke Bosporus.
Pasukan Kekaisaran Ottoman mencegah bantuan dari luar mencapai kota atau penduduk mana pun melarikan diri. Tidak seperti banyak pengepungan sebelumnya, tidak akan ada aliran pasokan bebas masuk atau keluar dari pelabuhan kota.
Dengan kota yang diblokir, Mehmed mengirim utusan untuk menuntut penyerahan Konstantinopel tanpa syarat segera. Utusan itu tidak mendapat tanggapan. Maka keesokan harinya, 6 April, pemboman kota dari meriam Basilic dan meriam lainnya dimulai.
Meriam-meriam itu bergemuruh sampai keesokan harinya ketika satu bagian tembok runtuh karena hantaman. Pasukan Kekaisaran Ottoman kemudian mencoba serangan pertama mereka di tembok.
Namun, mereka dengan mudah dipukul mundur oleh para pembela dan celah itu diperbaiki semalam. Celah tersebut diisi dengan tanah, batu bata, batu, dan puing-puing lainnya.
Ada sedikit jeda ketika pasukan Kekaisaran Ottoman memosisikan ulang beberapa meriam mereka. Tapi pada tanggal 11 April, pemboman bertubi-tubi yang tak henti-hentinya dimulai lagi.
Keganasan meriam Basilic
Meski mampu meruntuhkan tembok dengan mudah, meriam Basilic begitu besar dan tidak praktis. “Butuh waktu berjam-jam untuk memuat dan menembak,” tambah Plessis.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Kenapa Kekaisaran Islam Ingin Taklukkan Konstantinopel?