Pelajar Jawi dan 'Propaganda' Kekaisaran Ottoman di Hindia Belanda

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 17 Agustus 2024 | 14:00 WIB
Imigran Hadhrami di Surabaya, 1920. (wikimedia)

M. Sukru Hanioglu, profesor yang mengamati  sejarah Ottoman, menekankan penggambaran sejarah Ottoman sebagai bagian integral dari sejarah Eropa dan dunia.

"Migrasi muslim ke wilayah Ottoman memainkan peran penting dalam mendefinisikan kebijakan Pan-Islamis pada periode Hamidian, karena proporsi muslim dalam populasi Ottoman telah meningkat menjadi 73,3%," jelasnya.

Hanioglu menjelaskan bahwa kunci untuk memahami periode Hamidian adalah kesetiaan kepada sultan dan penemuan kembali tradisi.

Banyak sejarawan dan ilmuwan sosial menolak keterkaitan antara Pan-Islamisme dan modernisasi pada periode Hamidian, karena mereka mengidentifikasi Islam politik, yang disebut Pan-Islam, dengan anti-kolonialisme, anti-kemajuan, tradisi, dan sebagai produk dari periode abad pertengahan.

Beberapa dari mereka menghubungkan Pan-Islam dengan beberapa orang Arab di sekitar Abdulhamid II yang memiliki ambisi untuk menghadapi negara-negara Eropa secara militer seperti Sayyid Fadl.

Tidak diragukan lagi, ideologi Pan-Islam dalam konteks ini tidak dapat diterima, karena pendukung Pan-Islamisme seperti Sayyid Fadl ingin agar Ottoman bertindak secara militer melawan Inggris, sementara negara Ottoman berusaha menghindari konflik dengan negara-negara Eropa, termasuk Inggris di Samudra Hindia.

Pandangan lain, yang dipengaruhi oleh Pan-Islamisme, melihat Abdulhamid sebagai sultan despotik (istibdad), yang memberlakukan sensor atas pers Ottoman.

Pelajar Jawi dan modernisasi

Pan-Islamisme dan modernisasi Ottoman di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari permintaan awal oleh utusan Aceh ke Istanbul untuk meminta bantuan militer sebelum periode Hamidian.

Kekaisaran Ottoman mulai memberikan perhatian pada Asia Tenggara. Ottoman membuka konsulat untuk pertama kalinya di Singapura pada tahun 1864, kemudian di Batavia pada tahun 1883.

Konsulat Ottoman pertama di Asia Tenggara adalah Syed Abdullah el-Juneyd. Ia diangkat sebagai duta besar Ottoman untuk Singapura pada tahun 1864.

Baca Juga: Kekaisaran Ottoman Menjangkau Indonesia Sejak Abad ke-16, untuk Apa?