Nationalgeographic.co.id—Ratu Prancis Marie Antoinette kerap menjadi simbol hedonisme seorang wanita bangsawa yang glamor dan bergelimang harta. Citra tersebut lekat dengan kultur pop hingga saat ini, meski sering dikritik sebagai seksis.
Madeleine Pelling menulis untuk The Conversation mengenai budaya pop yang terbentuk dari sosok Marie Antoinette. Madeleine Pelling adalah seorang peneliti asosiasi dalam bidang budaya material dan visual Inggris abad ke-18, di University of York.
Dijelaskannya, pada tahun 2022, tagar #CarrieAntoinette sempat ramai di media sosial setelah kehidupan istri perdana menteri Inggris Boris Johnson, Carrie Johnson disorot karena bergaya hidup mewah.
Carrie dibandingkan dengan ratu Prancis Marie Antoinette (1755-1793) yang juga disebut memiliki gaya hidup mewah.
Meski dianggap seksis, para komentator merasa tagar tersebut bergantung pada stereotip gender.
Meski demikian, sebenarnya perbandingan antara ratu abad ke-18 dan tokoh wanita kontemporer sama sekali tidak terbatas pada Carrie Johnson.
Bahkan pada masanya sendiri, citra ratu Prancis digunakan untuk keuntungan politik dan untuk mengomentari kejahatan atau kebaikan wanita.
Sejak saat itu, Antoinette telah menjadi semacam ikon budaya pop, muncul di film, televisi, dan, baru-baru ini, media sosial.
Marie Antoinette muncul dalam karya-karya yang sering kali berupaya mengeksplorasi kinerja gender dan kekuatan yang mungkin menyertainya.
Marie Antoinette saat ini adalah pastiche. Istilah yang mengacu pada karya sastra, seni, musik, atau arsitektur yang meniru gaya karya sebelumnya
Sebagian detail historis, sebagian pengaruh sinematik, Antoinette menjadi imajinasi populer yang secara teratur digunakan sebagai citra untuk kejahatan yang berlebihan dan gaya hidup hedonisme.
Baca Juga: Ibunya Dipenggal dengan Guillotine, Nasib 4 Anak Marie Antoinette Tak Kalah Prihatin