Ekuinoks pada Hari Ini dan Kekeliruan Kita Tentang Durasi Siang dan Malam

By Ade S, Senin, 23 September 2024 | 09:03 WIB
Apa yang sebenarnya terjadi saat ekuinoks? Yuk, ungkap mitos seputar durasi siang dan malam yang sama persis pada 23 September. (Przemyslaw "Blueshade" Idzkiewicz)

Jika kita bayangkan Bumi sebagai bola sempurna tanpa atmosfer dan Matahari sebagai titik cahaya, maka pada saat ekuinoks, Matahari memang akan menghabiskan waktu yang sama di atas dan di bawah cakrawala.

Namun, Bumi kita memiliki atmosfer. Atmosfer ini berperan seperti lensa raksasa yang membiaskan cahaya Matahari. Akibatnya, kita melihat Matahari seolah-olah sedikit lebih tinggi dari posisi sebenarnya, terutama saat Matahari terbit atau terbenam.

Fenomena pembiasan atmosfer ini menciptakan ilusi optik yang menarik. "Saat kita melihat Matahari yang seolah-olah baru saja menyentuh cakrawala, sebenarnya Matahari sudah sepenuhnya berada di bawah cakrawala," ungkap Rao.

Jadi, saat kita mengukur panjang siang, kita sebenarnya sedang mengukur waktu di mana sebagian dari Matahari masih terlihat, meskipun seluruh bagiannya sudah berada di bawah cakrawala.

Faktor lain yang membuat siang lebih panjang daripada malam adalah definisi kita tentang matahari terbit dan terbenam. Kita biasanya menganggap matahari terbit saat tepi atas matahari pertama kali terlihat di atas cakrawala, dan matahari terbenam saat tepi atas matahari terakhir kali terlihat di atas cakrawala.

Namun, atmosfer Bumi memiliki kemampuan untuk membiaskan cahaya matahari. Pembiasan ini membuat cahaya matahari membengkok saat memasuki atmosfer, sehingga kita melihat matahari seolah-olah berada pada posisi yang sedikit lebih tinggi dari posisi sebenarnya.

Atmosfer kita, terutama lapisan bawahnya yang padat, memiliki efek yang sangat signifikan terhadap pembiasan cahaya matahari. Ketika matahari berada dekat dengan cakrawala, pembiasan atmosfer menjadi sangat kuat.

Akibatnya, kita dapat melihat matahari meskipun sebagian besar bagiannya sudah berada di bawah cakrawala. "Fenomena inilah yang membuat matahari terbit tampak lebih awal dan matahari terbenam tampak lebih lambat dari yang seharusnya," papar Rao.

Sebagai contoh, seperti dilansir BMKG, di kota Jakarta, pada hari ekuinoks, matahari terbit sekitar pukul 05:42 pagi dan terbenam sekitar pukul 17:48. Artinya, panjang siang hari di kota tersebut adalah 12 jam 6 menit, bukan 12 jam seperti yang kita harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pembiasan atmosfer cukup signifikan untuk menambah durasi siang hari.

Fenomena pembiasan atmosfer juga sangat terlihat di daerah kutub. Saat ekuinoks, matahari seharusnya sudah sepenuhnya menghilang di bawah cakrawala di kutub.

Namun, karena pembiasan atmosfer, kita masih dapat melihat sebagian cakram matahari berada di atas cakrawala selama beberapa waktu. Bahkan, di beberapa daerah kutub, matahari dapat terlihat mengambang di atas cakrawala selama beberapa hari setelah ekuinoks.

Baca Juga: Menelusuri Asal Usul Penggunaan Simbol Kelinci di Hari Raya Paskah