Nationalgeographic.grid.id—Perubahan iklim adalah ancaman nyata yang dihadapi oleh seluruh umat manusia. Untuk mengatasi masalah ini, kita membutuhkan solusi yang inovatif dan efektif.
Salah satu solusi yang menjanjikan adalah dengan memanfaatkan potensi blue carbon. Ekosistem pesisir ternyata memiliki peran yang sangat krusial dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu blue carbon dan kontribusinya dalam memerangi perubahan iklim, mari kita simak artikel ini.
Benteng pertahanan alami
Ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, rawa pasang surut, dan padang lamun merupakan benteng pertahanan alami yang tak ternilai bagi kawasan pantai di seluruh dunia.
Keberadaannya sangat krusial dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.
Melalui berbagai fungsi ekologisnya, ekosistem ini berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan badai dan kenaikan permukaan air laut, mencegah erosi garis pantai, menjaga kualitas air pesisir, dan menyediakan habitat bagi beragam biota laut, termasuk spesies-spesies yang terancam punah.
Selain itu, ekosistem ini juga berperan sebagai penyerap karbon yang sangat efisien, membantu mengurangi kadar gas rumah kaca di atmosfer dan memperlambat laju perubahan iklim.
Sayangnya, ekosistem blue carbon (karbon biru) pesisir saat ini tengah menghadapi ancaman serius. Laju kerusakan ekosistem ini tergolong sangat cepat, diperkirakan antara 340.000 hingga 980.000 hektar ekosistem hilang setiap tahunnya.
Merujuk laman the Blue Carbon Initiative, data menunjukkan bahwa hingga saat ini, sekitar 67% hutan mangrove, 35% rawa pasang surut, dan 29% padang lamun telah musnah di seluruh dunia.
Jika tren kerusakan ini terus berlanjut, diperkirakan dalam seratus tahun mendatang akan terjadi kehilangan lebih lanjut sebesar 30-40% rawa pasang surut dan padang lamun, serta hampir seluruh hutan mangrove yang tidak berada di kawasan lindung.
Baca Juga: Blue Carbon: Sedimen Dasar Laut, 'Bintang Utama' Penyerapan Karbon yang Pantang Diusik