Nationalgeographic.co.id—Kisah kejatuhan Icarus dalam mitologi Yunani kuno telah diceritakan turun-temurun selama berabad-abad. Icarus dikenal sebagai "anak laki-laki yang terbang terlalu tinggi," hingga jatuh ke bumi karena sayap lilinnya meleleh.
Sosoknya pertama kali dikisahkan pada tahun 60 SM oleh Diodorus Siculus dalam The Library of History. Sementara variasi kisah yang paling populer ditulis oleh penyair Romawi Ovid dalam Metamorphoses pada tahun 8 Masehi.
Dalam mitologi Yunani, mitos Icarus menggambarkan sebuah kisah mengenai kesombongan dan kecerobohan yang berlebihan. Memang, Icarus punya rencana gila untuk nekat melarikan diri dari Kreta bersama ayahnya. Hanya saja rencana tersebut berakhir dengan petaka.
Meski demikian, kisah pelariannya itu tak jauh lebih terkenal daripada kejatuhan Icarus sendiri. Sebuah kisah yang kelak menjadi peringatan bagi siapapun yang mempunyai ambisi terlalu tinggi.
Siapakah Icarus dalam Mitologi Yunani?
Icarus adalah putra dari pengrajin legendaris Yunani, Daedalus, dan seorang wanita Kreta sekaligus seorang budak di istana Minos bernama Naucrate. Pernikahan mereka terjadi setelah Daedalus menciptakan Labirin yang terkenal atas perintah Raja Minos dari Kreta di Knossos.
Suatu hari Minotaur, monster setengah manusia setengah banteng yang ditempatkan di dalam Labirin berhasil dibunuh oleh Theseus dengan bantuan Ariadne, putri Raja Minos.
Setelah Minotaur terbunuh, Minos marah kepada Daedalus sehingga ia dan Icarus ditahan di dalam labirin yang tadinya tempat menahan Minotaur tersebut.
Pada saat itu Icarus berusia antara 13 sampai 18 tahun dan tidak tertarik dengan pekerjaan ayahnya. Ia juga sangat marah terhadap Raja Minos karena memperlakukan ayahnya dengan buruk.
Mitos Jatuhnya Icarus
Mitos Icarus terjadi segera setelah Minotaur berhasil dibunuh hingga membuat Raja Minos murka kepada Daedalus dan putranya, Icarus. Meski mereka menanggung ironi dan terjebak dalam labirin mahakarya Daedalus sendiri, mereka akhirnya berhasil juga.
Baca Juga: Empat Lukisan Eksotis Circe, Penyihir nan Kejam dalam Mitologi Yunani
Mereka berterima kasih kepada ratu, Pasiphae, untuk itu. Akan tetapi, Raja Minos memiliki kendali penuh atas lautan di sekitarnya, dan Pasiphae tidak dapat memberi mereka jalan keluar yang aman dari Kreta.
Mitos Yunani kemudian menjelaskan bagaimana Daedalus membuat sayap agar bisa melarikan diri. Ia menyusun bulu burung dan menjahitnya dari yang terpendek hingga terpanjang.
Kemudian, ia menempelkan lilin pada bagian pangkal dan membentuk sayap sedikit melengkung. Sayap yang dibuat Daedalus akan membawanya dan putranya kabur dengan selamat dari Kreta.
Daedalus tahu bahaya risiko terbang dan memperingatkan putranya bahwa pelarian ini akan menjadi perjalanan panjang yang penuh mara bahaya melintasi lautan.
Daedalus memperingatkan kepada Icarus: “…terbanglah di tengah-tengah, sayapmu bisa berat dan lembab jika terbang terlalu rendah…tapi jika kau terbang terlalu tinggi, itu bisa meleleh. Terbanglah di tengah-tengah…ambillah jalan yang kutunjukkan padamu!”
Seperti banyak remaja lainnya, Icarus tidak menghiraukan peringatan ayahnya, ia terus terbang tinggi hingga sayapnya mulai meleleh. Hingga akhirnya tiba-tiba Icarus terjatuh begitu cepatnya melewati ayahnya dan terjerembap.
Icarus jatuh ke laut sementara Daedalus hanya bisa menyaksikannya tanpa bisa berharap apa-apa. Kemudian, ia tenggelam. Daedalus terpaksa menguburkan jasad putranya di pulau terdekat, Icaria.
Mengapa Icarus Terbang Mendekati Matahari?
Ada berbagai cerita tentang alasan mengapa Icarus terbang mendekati matahari. Ada yang mengatakan ia terpikat dengan matahari, yang lain berpendapat bahwa ia mulai sombong karena bisa terbang.
Dalam mitos Yunani populer, diyakini bahwa Icarus jatuh karena kebodohannya sendiri dengan menyamakan dirinya dengan dewa matahari, Helios.
Baca Juga: Melacak Pulau Hunian Polyphemus sang Mata Satu dalam Mitologi Yunani
Seperti semua karakter mitologis yang menantang para dewa, Icarus harus menjalani akhir hidup yang tragis. Meskipun memiliki ambisi besar, semua mimpinya hancur.
Beberapa versi cerita menyatakan bahwa Icarus memiliki impian akan kebesaran sebelum mereka berusaha kabur dari Kreta.
Ia ingin menikah, menjadi pahlawan, dan meninggalkan kehidupannya yang biasa-biasa saja. Jika mempertimbangkan hal ini, mungkin Icarus rentan untuk tidak menaati Daedalus.
Ketika Daedalus membuat dua pasang sayap - satu untuk dirinya dan satu lagi untuk putranya, Icarus - untuk melarikan diri dari Kreta, ia tidak menyangka bahwa putranya akan menentang para dewa.
Namun, kemampuan terbang adalah sebuah kebebasan baru dan membuat Icarus merasa tak terkalahkan, meskipun sayapnya hanya terbuat dari lilin dan bulu.
Bahkan jika butuh beberapa saat sebelum panas matahari melelehkan sayapnya, Icarus merasa bahwa ia begitu hebat.
Mengapa Mitos Icarus Penting?
Sosok Icarus dianggap penting karena ia menggambarkan kesombongan yang berlebihan, ambisi yang berani, dan kebodohan. Tema utama dalam banyak mitos Yunani adalah konsekuensi dari kesombongan.
Meskipun tidak semua orang memuja dewa dengan cara yang sama, terutama di daerah tertentu, menghina dewa adalah hal yang sangat tidak boleh dilakukan.
Orang Yunani kuno sering menganggap penyembahan dewa dan dewi sebagai kewajiban: hal itu diharapkan dari mereka. Jika tidak secara hukum, tentu saja secara sosial. Pemujaan leluhur juga merupakan hal yang umum.
Jadi, rasa takut menjadi sombong di hadapan para dewa adalah hal yang nyata. Belum lagi bahwa sebagian besar dewa diyakini memengaruhi fenomena alam (hujan, hasil panen, bencana alam); jika manusia tidak mati atau garis keturunannnya dikutuk, kesombongan manusia dapat menyebabkan kelaparan.
Baca Juga: Paris, Pangeran Troya dalam Mitologi Yunani yang Memicu Perang Epik
Pelarian Icarus adalah salah satu mitos Yunani yang paling terkenal yang memperingatkan terhadap konsekuensi kesombongan.
Apa yang Dilambangkan Icarus?
Ungkapan "jangan terbang terlalu dekat dengan matahari" merujuk pada kisah Icarus. Meskipun seseorang tidak benar-benar terbang menuju matahari, ia mungkin berada di jalur yang berisiko.
Ungkapan ini biasanya digunakan sebagai peringatan bagi mereka yang terlalu ambisius dan ingin menentang batasan. Sama seperti Daedalus yang memperingatkan Icarus agar tidak terbang terlalu dekat dengan matahari.
Icarus melambangkan kesombongan dan keberanian yang nekat. Lebih jauh lagi, melalui kejatuhannya, Icarus melambangkan keterbatasan manusia.
Kita bukanlah burung dan tidak diciptakan untuk terbang. Dengan alasan yang sama, kita juga bukanlah dewa, jadi menggapai surga seperti yang dilakukan Icarus adalah hal yang terlarang.
Bagi siapa pun, manusia adalah makhluk yang terikat di bumi. Kontras antara bumi, laut, dan langit dalam mitos Icarus membuktikan keterbatasan yang melekat tersebut.
Icarus kebetulan adalah individu yang dengan bodohnya melampaui batas kemampuannya. Seperti yang dikatakan Daedalus kepada Icarus sebelum penerbangan pelarian mereka: terbang terlalu tinggi, matahari akan melelehkan sayap; terbang terlalu rendah, laut akan memberatkannya.
Dalam pengertian ini, jatuhnya Icarus merupakan hukuman atas kurangnya kerendahan hatinya. Ia telah melangkah keluar dari tempatnya, dan para dewa menghukumnya.
Bahkan penyair Romawi Ovid menggambarkan pemandangan Icarus dan Daedalus yang terbang sebagai "para dewa yang mampu menjelajahi langit." Itu dengan kesengajaan yang bermaksud menyindir Icarus yang merasa seperti dewa.