Beragam Mitos tentang Hujan, dari Bau Hujan hingga Penggunaan Ponsel

By Ade S, Selasa, 5 November 2024 | 16:03 WIB
Pernah dengar mitos kalau petir selalu menyambar tempat tertinggi? Simak fakta sebenarnya dan mitos-mitos lain tentang hujan yang sering kita dengar. (Joel/Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Anda tentu pernah mendengar tentang "teori" bahwa petir tidak pernah menyambar tempat yang sama? Atau mungkin Anda pernah mendengar bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mencium bau hujan?

Mitos-mitos seputar hujan dan petir tersebut menggambarkan bagaimana seolah-olah mereka sudah menjadi bagian dari pengetahuan umum kita.

Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, pemahaman kita tentang cuaca telah mengalami revolusi. Fenomena yang dulunya dianggap misterius kini dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional.

Merujuk Rain Viewer, artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai mitos-mitos seputar curah hujan yang masih beredar di masyarakat, serta menyajikan fakta-fakta ilmiah terkini yang membantah berbagai anggapan keliru tersebut.

1) Manusia bisa mencium bau hujan

Pernahkah Anda merasakan sensasi segar dan menenangkan saat menghirup udara setelah hujan pertama turun setelah kemarau panjang? Aroma khas itu sering kita sebut sebagai "bau hujan".

Namun, tahukah Anda bahwa aroma yang begitu akrab ini sebenarnya adalah hasil dari proses kimia yang kompleks dan melibatkan beberapa senyawa unik? Untuk lebih jelasnya, mari kita telusuri lebih dalam tentang mitos manis yang satu ini.

Pada tahun 1964, dua ilmuwan Australia, Isabel Joy Bear dan Richard Thomas, berhasil mengungkap rahasia di balik aroma khas setelah hujan.

Dalam artikel di Nature, mereka menemukan bahwa selama musim kemarau, tanaman mengeluarkan minyak berwarna kekuningan yang kemudian tersimpan di dalam tanah dan bebatuan. Ketika hujan turun, minyak esensial ini terlarut oleh air dan menguap ke udara, menciptakan aroma yang kita kenal sebagai petrichor.

Nama petrichor sendiri diambil dari bahasa Yunani, "petros" yang berarti batu dan "ichor" yang merujuk pada cairan abadi para dewa. Namun, petrichor bukanlah satu-satunya komponen yang berkontribusi pada aroma hujan.

Dalam penelitian lebih lanjut terungkap bahwa ada senyawa lain yang berperan penting, yaitu geosmin. Geosmin adalah sejenis alkohol yang dihasilkan oleh bakteri tertentu yang hidup di dalam tanah.

Baca Juga: Efek Pulau Panas Perkotaan: Curah Hujan Kota Lebih Tinggi, Rentan Banjir