Selama periode kering, bakteri ini berada dalam keadaan dorman. Namun, begitu terkena air hujan, mereka akan aktif kembali dan melepaskan geosmin ke udara. Molekul geosmin ini memiliki bau yang sangat khas dan mudah terdeteksi oleh indra penciuman manusia.
Jadi, aroma hujan yang kita nikmati sebenarnya adalah hasil dari perpaduan antara petrichor dan geosmin. Keduanya bekerja sama menciptakan sebuah simfoni aroma yang begitu unik dan menenangkan.
Ketika tetesan hujan pertama menyentuh tanah yang kering, minyak esensial dari tanaman dan geosmin yang dilepaskan oleh bakteri akan bercampur dengan udara, menghasilkan aroma yang begitu khas dan sulit dilupakan.
2) Tetesan hujan selalu berbentuk seperti tetsan air mata
Ketika kita membayangkan tetesan hujan, yang pertama kali terlintas di pikiran adalah bentuk bulat sempurna.
Bayangan ini tidak sepenuhnya salah, karena memang saat pertama kali terbentuk di dalam awan, tetesan hujan cenderung berbentuk bulat akibat gaya tarik-menarik antar molekul air. Namun, perjalanan tetesan hujan dari awan menuju permukaan bumi tidak selalu mulus.
Selama perjalanannya, tetesan hujan akan berinteraksi dengan berbagai faktor yang dapat mengubah bentuknya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
* Ukuran tetesan: Tetesan hujan yang lebih kecil akan cenderung mempertahankan bentuk bulatnya karena gaya permukaan yang lebih dominan. Sebaliknya, tetesan hujan yang lebih besar akan mengalami deformasi akibat gaya gesek dengan udara dan gaya gravitasi yang lebih kuat.
* Kecepatan jatuh: Semakin cepat tetesan hujan jatuh, semakin besar gaya gesek yang dialaminya. Gaya gesek ini akan membuat bagian bawah tetesan hujan menjadi lebih pipih, sementara bagian atasnya tetap cenderung bulat.
* Kondisi atmosfer: Turbulensi udara, angin, dan suhu juga dapat mempengaruhi bentuk tetesan hujan. Misalnya, pada kondisi udara yang sangat dingin, tetesan hujan dapat membeku menjadi butiran es sebelum mencapai permukaan bumi.
Salah satu prinsip fisika yang dapat membantu kita memahami bentuk tetesan hujan adalah hukum Stokes. Hukum ini menjelaskan bahwa gaya gesek yang dialami oleh suatu benda yang bergerak di dalam fluida (dalam hal ini, udara) bergantung pada ukuran dan kecepatan benda tersebut.
Baca Juga: Mengungkap Penyebab Banyaknya Petir di Bogor hingga Masuk Rekor Dunia