Melalui desa ini pula saya dan rombongan memulai petualangan menikmati keindahan alami Tanjung Kelayang. Kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada 2016 ini masuk dalam 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional.
Sebuah penetapan yang benar-benar dibuktikan oleh keindahan alamnya yang luar biasa. Pantai-pantai berpasir putih yang dihiasi oleh batuan granit raksasa menjadi ciri khas kawasan ini. Pemandangan eksotis ini, ditambah dengan keberadaan pulau-pulau kecil di sekitarnya, menciptakan panorama yang sangat memukau.
Selain dengan berenang atau snorkeling, salah satu cara menikmati keindahan kawasan Tanjung Kelayang adalah melalui aktivitas island hopping.
Kita bisa menikmati pasir putih dan “gua” batu di Pulau Kelayang, kemegahan mercusuar setinggi 18 lantai yang berusia hampir satu setengah abad di Pulau Lengkuas, hingga menikmati kuliner siput gonggong yang disebut-sebut sebagai pesaing berat escargot saat santap siang di Pulau Kepayang.
Sayang, kami tidak sempat menepikan perahu kami ke Pulau Batu Berlayar karena air laut sudah terlanjur pasang. Padahal, singgah dan berfoto di antara batu-batu raksasa di pulau tersebut bisa menjadi momen unik tersendiri.
Hujan deras yang turun tidak lama usai saya dan rombongan menginjakan kembali kaki kami di pulau utama Belitung kami nikmati dengan sajian kudapan dan kopi hangat di sebuah resort yang dikelola oleh salah satu jaringan hotel dari Amerika Serikat.
Saat hujan mulai berganti menjadi rintik-rintik, tim segera melaju menuju Bukit Peramun. Dua target utama kami, menikmati matahari terbenam dan melihat langsung tarsius.
“Specta Sunset.” Demikianlah nama yang digunakan untuk aktivitas mengejar matahari terbenam di Bukit Peramun. Dengan hanya berjalan kaki selama 15-30 menit sembari menikmati keunikan flora dan fauna hutan yang dikelola oleh Arsel Community Forest Management tersebut, kita akan sampai di Puncak Bukit.
Di ketinggian 129 mdpl di atas sebuah batu granit besar, kita akan menikmati hamparan hutan Pulau Belitung yang beberapa di antaranya sudah diselimuti awan. Ditemani kudapan dan teh hangat, saya sempat berniat memutar lagu “Negeri di Awan” dari Katon Bagaskara untuk semakin menyempurnakan momen indah ini.