Pernikahan surgawi antara Raja Senja dan Dewi Fajar ini dipercaya memungkinkan banyak benda langit dalam mitologi Yunani untuk hadir di malam hari, termasuk planet-planet seperti Jupiter, Merkurius, dan Venus.
Selain itu, persatuan mereka juga memungkinkan Anemoi mengembuskan napas angin ke planet biru kecil yang dikenal sebagai Bumi, sebagaimana diyakini dalam mitologi Yunani kuno.
Meskipun mungkin agak sulit dicerna, bahkan para Anemoi harus melapor kepada dewa. Keempat Anemoi kadang-kadang berkumpul di rumah Aeolus, Sang Penjaga Angin, dan membungkuk kepada penguasa mereka yang anggun.
Nama "Aeolus" secara harfiah berarti "lincah," yang merupakan nama yang cocok untuk seseorang yang mengendalikan keempat penjuru angin sendirian. Sebagai kepala suku Anemoi sendiri, Aeolus memiliki kekuasaan mutlak atas angin.
Menjinakkan angin utara, angin timur, atau angin selatan bukanlah hal yang mudah; namun, Aeolus melakukannya secepat ia menghirup udara.
Tinggal di pulau Aeolia, Aeolus paling disorot dalam Bibliotheca Historica karya Diodorus. Disebutkan bahwa Aeolus adalah penguasa yang adil dan menjaga keseimbangan terhadap semua angin, sehingga mereka tidak mengalami konflik badai satu sama lain.
Pentingnya Angin dalam Mitologi Yunani
Mitologi Yunani kerap menyoroti pengaruh alam terhadap kehidupan manusia. Dari dewa Apollo yang mengendalikan cahaya hingga para dewa laut yang mengatur gelombang dan pasang surut, setiap elemen alam memiliki tempat penting dalam jajaran dewa-dewa mereka.
Angin, khususnya, menjadi salah satu kekuatan alam yang paling berpengaruh, tidak hanya dalam mitologi tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak zaman kuno hingga era Revolusi Industri, angin memainkan peran penting dalam kehidupan manusia dan tetap menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling efisien hingga kini.
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Lilith, Istri Pertama Adam dalam Literatur Yahudi-Kristen?