Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Yunani, Zephyrus digambarkan sebagai dewa angin barat. Ia merupakan angin sepoi-sepoi yang lembut dan sejuk dan bertugas mengembuskan musim semi dan kehangatan ke dunia.
"Zephyrus adalah salah satu dari Anemoi, dewa angin dalam mitologi Yunani, dan ia dikaitkan dengan musim semi," ungkap Syed Rafid Kabir dalam sebuah artikel yang dimuat di laman History Cooperative.
Zephyrus terkadang digambarkan sebagai seorang pemuda bersayap yang membawa bunga sebagai perlambangan tugasnya menciptakan musim semi.
Dewa angin Yunani ini juga dikaitkan dengan berbagai mitos dan cerita, termasuk perannya dalam kisah Cupid dan Psyche.
Dalam mitologi Yunani, Zephyrus adalah putra dari Titan Astraeus dan Eos (dewi fajar). Ia memiliki tiga saudara kandung yang juga dewa angin: Boreas (angin utara), Notus (angin selatan), dan Eurus (angin timur).
"Peran Zephyrus dalam mitologi terkait erat dengan pergantian musim dan alam. Ia diyakini bertanggung jawab atas datangnya angin musim semi yang hangat dan lembut, yang membantu pertumbuhan dan pembungaan tanaman dan bunga," jelas Kabir.
Karakternya menggambarkan aspek angin yang lebih menyenangkan dan bermanfaat, berbeda dengan angin yang merusak dan ganas yang diasosiasikan dengan saudara-saudaranya.
Anemoi: 4 Dewa Angin Yunani
Dalam mitologi Yunani kuno, Anemoi adalah dewa dari empat penjuru arah mata angin. Mereka dianggap sebagai personifikasi dari arah mata angin yang berbeda dan sering dikaitkan dengan perubahan musim dan kondisi cuaca.
Boreas: Dewa angin utara si pembawa angin dan musim dingin yang seringkali digambarkan sebagai pria berjanggut membawa cangkang kerang atau bejana berisi air.
Zephyrus: Dewa angin barat, yang dikaitkan dengan angin sepoi-sepoi dan datangnya musim semi. Ia sering digambarkan sebagai seorang pemuda yang memegang bunga atau tongkat.
Baca Juga: Gunung dan Dewa Ourea Simbol Kekuatan Abadi Bumi Yunani Kuno
Notus: Dewa angin selatan, yang dikaitkan dengan kehangatan dan panasnya musim panas. Notus terkadang digambarkan sebagai seorang pria berjanggut lebat, memegang bejana berisi air.
Eurus: Dewa angin timur, yang dikaitkan dengan cuaca hujan dan badai. Eurus tidak terlalu menonjol dalam mitologi seperti Anemoi lainnya dan tidak memiliki banyak cerita atau atribut khusus yang dikaitkan dengannya.
Meskipun keempat dewa angin ini mungkin tampak seperti kekuatan super tertinggi yang bertugas meniupkan angin ke Yunani, tanggung jawab tersebut selanjutnya dibagi-bagi lagi kepada para dewa angin yang lebih rendah.
"Jadi selain empat arah mata angin utama, ada lagi arah lain seperti angin tenggara, angin timur laut, angin barat daya, dan angin barat laut dengan dewa anginnya masing-masing," tegasnya.
Dewa Angin dalam Mitologi Romawi
Dewa-dewa angin ini tidak hanya muncul dalam mitologi Yunani. Dalam mitologi Romawi, mereka dikenal dengan nama yang berbeda dan memiliki peran yang lebih luas.
Misalnya, Boreas menjadi Aquilo dalam Mitologi Romawi. Angin selatan, Notus, disebut dengan nama Auster. Eurus dikenal sebagai Vulturnus. Zephyrus kemudian dikenal sebagai Favonius.
Meskipun mereka semua memiliki nama yang berbeda dalam berbagai mitologi, Anemoi utama tetap sama. Akan tetapi, nama "Anemoi" diubah menjadi "Venti," yang dalam bahasa Latin berarti "angin."
Dengan sedikit perbedaan dari mitologi Yunani, para Venti dalam mitologi Romawi tetap mempertahankan relevansinya. Keempat dewa angin ini terus memainkan peran penting, meskipun fokus beralih ke pantheon dewa-dewa Romawi.
Asal Usul Anemoi Yunani
Anemoi tidak muncul begitu saja di udara. Keempat dewa angin Yunani ini adalah keturunan dewi Titan Eos, pembawa fajar, dan Astraeus, dewa senja. Astraeus juga sering dikaitkan dengan Aeolus, pengendali angin di Bumi.
Baca Juga: Mitologi Yunani dan Sains Bertemu di Langit Malam dalam Konstelasi Cetus
Pernikahan surgawi antara Raja Senja dan Dewi Fajar ini dipercaya memungkinkan banyak benda langit dalam mitologi Yunani untuk hadir di malam hari, termasuk planet-planet seperti Jupiter, Merkurius, dan Venus.
Selain itu, persatuan mereka juga memungkinkan Anemoi mengembuskan napas angin ke planet biru kecil yang dikenal sebagai Bumi, sebagaimana diyakini dalam mitologi Yunani kuno.
Meskipun mungkin agak sulit dicerna, bahkan para Anemoi harus melapor kepada dewa. Keempat Anemoi kadang-kadang berkumpul di rumah Aeolus, Sang Penjaga Angin, dan membungkuk kepada penguasa mereka yang anggun.
Nama "Aeolus" secara harfiah berarti "lincah," yang merupakan nama yang cocok untuk seseorang yang mengendalikan keempat penjuru angin sendirian. Sebagai kepala suku Anemoi sendiri, Aeolus memiliki kekuasaan mutlak atas angin.
Menjinakkan angin utara, angin timur, atau angin selatan bukanlah hal yang mudah; namun, Aeolus melakukannya secepat ia menghirup udara.
Tinggal di pulau Aeolia, Aeolus paling disorot dalam Bibliotheca Historica karya Diodorus. Disebutkan bahwa Aeolus adalah penguasa yang adil dan menjaga keseimbangan terhadap semua angin, sehingga mereka tidak mengalami konflik badai satu sama lain.
Pentingnya Angin dalam Mitologi Yunani
Mitologi Yunani kerap menyoroti pengaruh alam terhadap kehidupan manusia. Dari dewa Apollo yang mengendalikan cahaya hingga para dewa laut yang mengatur gelombang dan pasang surut, setiap elemen alam memiliki tempat penting dalam jajaran dewa-dewa mereka.
Angin, khususnya, menjadi salah satu kekuatan alam yang paling berpengaruh, tidak hanya dalam mitologi tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak zaman kuno hingga era Revolusi Industri, angin memainkan peran penting dalam kehidupan manusia dan tetap menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling efisien hingga kini.
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Lilith, Istri Pertama Adam dalam Literatur Yahudi-Kristen?
Bagi bangsa Yunani kuno, arah tiupan angin memiliki arti besar. Angin membawa hujan untuk menyuburkan ladang, mempercepat perjalanan laut, memajukan dunia pertanian, dan memungkinkan kapal-kapal mereka berlayar melintasi lautan luas.
Anemoi dan Padanannya dalam Mitologi Lain
Empat dewa angin dalam mitologi Yunani, Anemoi, memiliki banyak padanan yang tangguh dalam berbagai tradisi dan kepercayaan di seluruh dunia.
Dalam mitologi Romawi, mereka dikenal sebagai Venti, meskipun peran dan fungsi mereka tetap mirip dengan Anemoi. Namun, konsep dewa angin juga hadir dalam banyak mitologi besar lainnya.
Dalam tradisi Hindu, pengendalian angin menjadi tanggung jawab beberapa dewa, dengan Vayu sebagai dewa utama angin. Dewa-dewa lain seperti Rudra dan Marut juga memiliki kaitan dengan elemen ini.
Di mitologi Slavia, Stribog memerintah angin dari delapan arah. Ia dianggap sebagai pemberi berkah, membawa kekayaan besar bagi rumah tangga yang disentuh oleh embusan anginnya.
Dalam kepercayaan Hawaii, Hine-Tu-Whenua adalah penguasa angin. Dengan bantuan La’a Maomao dan Paka, ia berlayar melintasi lautan luas, membawa embusan angin segar yang hangat untuk memperbaiki layar kapal yang rusak.
Terakhir, dalam mitologi Jepang, peran dewa angin dipegang oleh Fūten, yang sering digambarkan sebagai pengembara pembawa angin kencang dan perubahan.