Selain media sosial, generasi muda juga dapat memanfaatkan media digital lain seperti gim video. Studi yang diterbitkan oleh National Institutes of Health mengungkapkan adanya korelasi positif antara permainan gim video prososial (yang mempromosikan perilaku menolong) dengan peningkatan perilaku prososial individu.
Melalui berbagai metode penelitian eksperimental, korelasional, dan longitudinal di beberapa budaya (Amerika Serikat, Singapura, dan Jepang) studi ini menunjukkan bahwa paparan jangka pendek maupun keterlibatan jangka panjang dalam permainan jenis ini dapat berkontribusi pada pengembangan sifat-sifat prososial seperti perilaku menolong.
Data-data yang telah dipaparkan sebelumnya membawa kita pada sebuah ide mengenai upaya pengurangan jejak karbon dengan peran generasi muda. Ide yang dimaksud adalah menyajikan sebuah gim yang dapat memengaruhi generasi muda, terutama anak-anak dan remaja, agar memiliki kesadaran dan melatih kebiasaan yang dapat mengurangi jejak emisi karbon.
Reboisasi, penghematan listrik, pengurangan screen time, membuang sampah di tempatnya, penggunaan kembali, pengurangan, dan mengolah sampah kembali adalah beberapa contoh tindakan yang dapat mengurangi jejak karbon. Namun, penulis secara khusus memilih proses 3R (reuse, reduce, recycle) dan membuang sampah pada tempatnya sebagai inti dari gim yang akan dibuat.
Kenapa penulis memilih daur ulang dan pembuangan sampah? Ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, karena penulis ingin menemukan solusi atas masalah nyata di lingkungan sekitar penulis. Kedua, karena daur ulang sampah dan pembuangan sampah pada tempatnya adalah salah satu metode yang memiliki dampak signifikan terhadap pengurangan jejak karbon. Penulis akan membahas dua komponen ini secara menyeluruh.
Sebuah penelitian yang disebut "Jejak Karbon Pengolahan Sampah Di TPS Tlogomas Malang" menemukan bahwa tingkat daur ulang sampah di TPS Tlogomas Malang berkisar antara 40,57% dan 80,41%, menghasilkan jejak karbon bersih sebesar 1.147 ton CO2–eq per tahun.
Selain itu, penelitian ini menyajikan skenario atau bayangan. Dalam skenario 1 yang meningkatkan kapasitas pengolahan sebesar 60–88 persen dan skenario 2 yang meningkatkan kapasitas pengolahan sebesar 90–95 persen, jejak karbon bersih yang dihasilkan akan menurun menjadi 801 ton CO2 dan 427 ton CO2. Namun, dalam skenario 3, pengolahan sampah di TPS Tlogomas dihentikan, jejak karbon bersih yang dihasilkan akan meningkat menjadi 4.063 ton CO2.
Intinya, jika dilakukan perubahan sistem pengumpulan sampah yang hanya sekadar kumpul-buang di TPS dan TPA menjadi pengolahan sampah seutuhnya, seperti reduce-reuse-recycle-recovery, maka jejak karbon akan semakin berkurang. Inilah salah satu faktor penulis untuk memilih proses pengolahan sampah sebagai esensi dari video gim yang akan dibuat.
Untuk faktor selanjutnya, penulis akan lebih spesifik membahas masalah yang penulis temui di lingkungan sekitar penulis. Masalah yang dimaksud adalah mengenai banyaknya jumlah sampah yang terdapat di Provinsi Bengkulu yang masih minim akan pengolahan sampah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2021, terdapat penurunan persentase perlakuan memilah sampah mudah membusuk dan tidak membusuk pada rumah tangga Provinsi Bengkulu tahun 2013 dan tahun 2014. Terlihat bahwa pada tahun 2013 persentase rumah tangga Provinsi Bengkulu dalam memilah dan memanfaatkan sebagian sampah adalah 6.27, persentase memilah dan kemudian dibuang sebesar 12.63, persentase total sampah sebesar 18.9, dan persentase sampah tidak dipilah sebesar 81.1.
Kemudian pada tahun 2014 terdapat beberapa penurunan persentase, seperti persentase memilah dan memanfaatkan sebagian sampah menjadi 3.28, persentase memilah dan kemudian dibuang berkurang menjadi 7.48, persentase total sampah menjadi sebesar 10.76, tetapi persentase sampah tidak dipilah mengalami kenaikan menjadi 89.24.
Baca Juga: Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'