Apa Itu Ekonomi Biru yang Diklaim Bisa Jadi Penentu Masa Depan Bumi?

By Ade S, Senin, 12 Mei 2025 | 14:03 WIB
Ilustrasi laut yang menjadi fokus ekonomi biru.
Ilustrasi laut yang menjadi fokus ekonomi biru. (National Geographic)

Sebagai contoh, sebuah industri tidak serta merta menjadi bagian dari ekonomi biru hanya dengan sekadar mengurangi dampak buruknya, misalnya memangkas emisi atau mengurangi tangkapan sampingan, jelasnya. Syarat minimalnya adalah industri tersebut harus menggunakan sumber daya laut secara berkelanjutan, dan idealnya, bahkan turut berperan dalam meregenerasi habitat laut yang rusak.

Kriteria ini secara otomatis menempatkan kegiatan ekstraksi minyak dan gas di luar lingkup ekonomi biru. Sebaliknya, sektor energi angin dan gelombang lepas pantai jelas termasuk di dalamnya. Industri pelayaran konvensional, yang saat ini menyumbang 2,5% emisi global, memang masih jauh.

Namun, berbagai inisiatif dekarbonisasi yang tengah berjalan, misalnya dengan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, berusaha menggerakkan industri ini mendekat ke arah ekonomi biru.

Sektor perikanan komersial juga dapat bergerak ke arah yang benar, menurut Scorse. Ini mencakup praktik yang beroperasi tanpa subsidi ekonomi yang merusak, mengurangi dampak alat tangkap (seperti penggunaan lampu pada jaring insang untuk menekan tangkapan sampingan), dan mengadopsi kebiasaan penangkapan ikan yang memungkinkan stok pulih (misalnya, membatasi penangkapan di area pemijahan).

Akuakultur kerang dan rumput laut yang berkelanjutan adalah kandidat yang sangat menjanjikan dalam ekonomi biru. Scorse menjelaskan bahwa industri ini mampu menghasilkan makanan dan lapangan kerja dalam jumlah besar – seperti yang telah ditunjukkan oleh proyek budidaya rumput laut yang sudah berjalan selama beberapa dekade di negara-negara seperti Tiongkok, Indonesia, dan Jepang – sambil berpotensi menciptakan habitat pesisir dan membantu mitigasi perubahan iklim.

Ilustrasi laut.
Ilustrasi laut. (Belle Co/pexels.com)

Sementara itu, bidang konservasi juga semakin menyatu dengan ekonomi biru berkat munculnya sumber pendapatan baru dari perlindungan habitat laut. Ini sangat krusial karena metode konservasi laut tradisional seringkali menimbulkan biaya dalam bentuk hilangnya pendapatan atau mata pencaharian. Namun, dengan menerapkan prinsip ekonomi biru, hal ini dapat berubah.

Sebagai contoh, upaya percepatan restorasi habitat mangrove dan lamun, serta inisiatif global untuk memperluas kawasan lindung laut, kini menawarkan peluang baru. Ini menciptakan lapangan kerja baru dan mendukung mata pencaharian melalui ekowisata dan pasar "karbon biru".

Karbon biru adalah karbon yang secara alami tersimpan di ekosistem laut, dan proyek-proyek karbon biru berusaha menjual penyimpanannya dalam bentuk "kredit" kepada pembeli, seperti perusahaan yang ingin mengimbangi emisi mereka. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) sejauh ini secara resmi hanya mengakui hutan bakau, padang lamun, dan rawa asin sebagai area yang cocok untuk pengelolaan dan perdagangan karbon biru.

Scorse juga menyoroti industri-industri baru lainnya, seperti makanan laut budidaya (juga dikenal sebagai makanan laut berbasis sel atau hasil laboratorium) yang berpotensi mengurangi tekanan pada populasi ikan liar.

Selain itu, ada gerakan besar untuk mengganti "infrastruktur abu-abu" seperti tembok laut dengan "garis pantai alami" yang tidak hanya meningkatkan ketahanan pesisir tetapi juga menciptakan habitat baru dan lapangan kerja baru. "Saya pikir ini akan menjadi industri dengan pertumbuhan besar dalam beberapa dekade mendatang," ujar Scorse.

Baca Juga: Tahun 2025 Diklaim Sebagai Titik Balik Menuju Ekonomi Biru, Ini 4 Alasan Utamanya