Meskipun begitu, para petugas di kamp mematuhi Himmler. Pada akhir 1944, mereka membongkar sebagian kamar gas. Memaksa Sonderkommando–unit kerja yang terdiri dari tahanan kamp Nazi–untuk membongkar bangunan kamar gas satu per satu.
Lalu, saat Rusia mendekat di bulan Januari, sisa bangunan yang telah dibongkar, diledakkan lagi dengan dinamit. Meskipun begitu, reruntuhannya masih tersisa.
‘Pawai kematian’
Di sini lah, ‘pawai kematian’ dimulai. Para tawanan yang dianggap sehat dan mampu melakukan pawai diminta berkumpul dalam barisan dan meninggalkan Auschwitz. Sekitar tujuh ribu tahanan ditinggalkan, dan 60 ribunya mulai berjalan dari selatan Polandia menuju Jerman–melewati ladang dan hutan sambil diawasi Nazi.
Tujuan Nazi tidak hanya menghancurkan bukti dari kamp: mereka memiliki rencana untuk memaksa tahanan melayani warga Jerman sebagai budak.
Warga Jerman menyebutnya sebagai ‘evakuasi’, sementara tahanan lainnya menganggapnya sebagai ‘pawai kematian’. Treknya sangat brutal. Mereka yang tidak bisa mengikuti akan dipukul atau ditembak pengawal yang frustasi dan kelaparan.
“Siapa pun yang berani duduk atau berhenti sejenak akan langsung ditembak,” ujar Iba Mann, yang saat itu berusia 19 tahun.
Beberapa yang dipaksa berjalan, mati di perjalanan. Meskipun begitu, tidak jelas berapa jumlah korban ‘pawai kematian’ tersebut.
Gagal melenyapkan bukti
Mereka yang ditinggal di kamp Auschwitz adalah orang-orang yang dianggap tidak layak kerja–terlalu lemah, atau memiliki penyakit. SS diperintahkan untuk membunuh tahanan yang tersisa, dan mereka berhasil menghabiskan 700 nyawa.
Namun, kekacauan terjadi di kamp. Banyak anggota pasukan SS yang kabur untuk menyelamatkan dirinya sendiri sehingga perintah untuk membunuh sisa tawanan terabaikan. Petugas SS yang masih bertahan sibuk membakar dokumen-dokumen untuk menyembunyikan kejahatan Nazi.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR