Nationalgeographic.co.id – Menurut penelitian terbaru, tidur siang sama efektifnya dengan mengonsumsi pil untuk menurunkan tekanan darah.
Para peneliti menemukan fakta bahwa mereka yang lebih sering tidur siang cenderung mengalami penurunan tekanan darah, dibanding orang dewasa yang tidak melakukannya.
Pedoman American Heart Association menyatakan, tekanan darah sistolik normal harus kurang dari 120 mm Hg. Dan pembacaan tekanan darah normal diastolik harus kurang dari 80 mm Hg.
Baca Juga : Kelelahan Bisa Menjadi Tanda Depresi, Berikut Cara Mengatasinya
Dari hasil pengujian yang melibatkan 212 orang dengan umur rata-rata 62 tahun, para peneliti Yunani menemukan bahwa tidur siang selama 45 menit, memangkas tekanan darah sistolik hingga 5 mm Hg.
Menurut para peneliti, hasil ini mirip dari yang didapat pasien ketika mengonsumsi pil penurun tekanan darah.
“Tidur siang menurunkan tingkat tekanan darah dalam jumlah yang sama dengan perubahan gaya hidup lainnya.Berdasarkan temuan kami, jika seseorang mendapat kemewahan untuk tidur siang, itu akan memberikan manfaat pada tekanan darah tingginya,” papar Dr Manolis Kallistratos dari Asklepieiom General Hospital.
“Tidur siang dapat dengan mudah dilakukan, bahkan tidak memerlukan biaya apa pun. Tidur sangat penting bagi kesejahteraan kita,” imbuhnya.
Hasil penemuan ini dipresentasikan pada American College of Cardiology’s Annual Scientific Session in New Orleans.
Baca Juga : Night Eating Syndrome, Ketika Selera Makan Lebih Tinggi Saat Malam Hari Dibanding Siang
Meski begitu, Sonya Babu-Narayan, direktur medis di British Heart Foundation mengatakan, pasien perlu mempertimbangkan perubahan gaya hidup lainnya terlebih dahulu.
“Mendapat tidur cukup sangat penting bagi kesejahteraan mental dan jantung kita. Namun, ini harus dibarengi dengan gaya hidup sehat lainnya seperti mengurangi konsumsi garam dan alkohol, serta berolahraga secara rutin. Dengan begitu, tekanan darah kita dapat terkontrol–mengurangi risiko serangan jantung dan stroke,” ungkapnya.
Tekanan darah tinggi memang dikenal sebagai ‘pembunuh diam-diam’ karena tanda-tandanya sering tidak diketahui hingga terlambat. Ia menjadi pemicu terbesar penyakit jantung dan stroke.
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR