Nationalgeographic.co.id - "Pak, di mana saya bisa lihat lemari besinya?". Itulah pertanyaan yang kerap saya tujukan ke petugas keamanan setiap berkunjung ke stasiun hingga gedung perkantoran lawas.
Saya selalu mengamati lemari besi tua yang dimiliki perkantoran tinggalan zaman kolonial seperti bank, asuransi, perusahaan perkebunan, bahkan sampai kantor kepala stasiun di beberapa kota yang pernah saya kunjungi. Petugas keamanan gedung mengizinkan kedatangan saya, namun tak jarang permintaan ditolak lantaran lemari yang dimaksud masih digunakan dan tempatnya dirahasiakan.
Meski bentuk lemari besi setiap kantor beragam, uniknya mereka bermerek dagang sama, Lips-Dordrecht asal pabrikan Belanda. Merk ini pernah merajai pasaran lemari besi di Hindia Belanda awal abad ke-20 yang kala itu penjualannya lewat Lindeteves-Stokvis.
Baca Juga : Gemerlap Para Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC
Orang mungkin tak menyangka bahwa pemilik pabrik lemari besi ini, Jacobus Lips, mengawali usahanya dengan memproduksi kompor pada 1871 di Dordrecht. Ia adalah seorang pandai besi yang mendapatkan keahlian dari ayahnya di Rotterdam, Bernardus Lips. Berawal dari bengkel kerja yang sempit dengan 4 pekerja, pabrik kompor tersebut berkembang hingga menempati ruangan lebih luas dengan 22 pekerja.
Produksi kompor terus berlangsung selama 28 tahun, hingga akhirnya Jacobus Lips memutuskan untuk mengalihkan usahanya ke pembuatan lemari besi di akhir abad ke-19. Jacobus Lips mengawali hidup baru di abad baru dengan membuka perusahaan "Lips Brandkasten en Slotenfabrieken N.V" (Pabrik Brankas dan Kunci Lips) di Dordrecht. Merk dagang Lips-Dordrecht berlambang kerajaan Belanda dan Lamassu itu cukup berkembang, buktinya pada 1910 tiga pabrik Lips dibuka di Belgia, Inggris, dan Itali. Ketika dua dekade usia perusahaan lemari besi itu, di awal musim dingin 1921 Lips wafat dalam usia 74 tahun.
Lalu, mengapa lemari-lemari buatan Lips bersimbol Lamassu? Saya kembali teringat dengan buku-buku bacaan tentang sejarah kala masih SMP dulu. Tokoh mitologi asal Mesopotamia ini diprofilkan sebagai seorang lelaki dengan badan banteng yang bersayap. Di atas kepalanya tersemat mahkota. Ia berjenggot karena lelaki Mesopotamia memang menggunakan "aksesori" itu di janggutnya.
Baca Juga : Kastel Good Hope, Mahakarya VOC di Benua Hitam
Konon, istana-istana di Asiria menempatkan dua patung Lamassu di sisi kiri dan kanan pintu gerbang sebagai perlambang roh pelindung. Orang-orang Babylonia juga menggunakan Lamassu untuk tujuan serupa dengan mengubur papan berelief Lamassu yang terbuat dari tanah liat di bawah pintu rumah mereka.
Tampaknya Jacobus Lips menggunakan simbol tokoh mitologi itu karena maknanya. Sebagai perusahaan terkemuka, Lips mencitrakan kepada pelanggannya bahwa lemari besi buatannya memberikan tingkat keamanan tinggi untuk penyimpanan dokumen dan barang berharga lainnya. Simbol Lamassu menjadi jaminannya. Apakah kelak simbol ini digunakan lagi di kantor-kantor bank di Indonesia?
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR