Nationalgeographic.co.id - Kebanyakan orang mulai berkeringat saat berolahraga atau ketika cuaca sedang panas. Namun, beberapa orang berkeringat lebih dari biasanya. Hiperhidrosis atau kondisi ketika orang berkeringat secara berlebihan bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang, dan bahkan mampu mencegah penderitanya melakukan kegiatan sehari-hari. Bagi sebagian orang, hal ini mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain. Mereka sangat malu dengan keringat mereka sendiri sehingga mereka tidak mau meninggalkan rumah.
Berkeringat adalah proses fisiologis normal yang membantu tubuh untuk mengatur suhu. Saat kita kepanasan atau berolahraga, keringat langsung menguap dari kulit dan memiliki efek mendinginkan. Kita juga mungkin berkeringat ketika cemas atau berada dalam situasi yang membuat kita gugup. Namun, untuk sekitar 3% orang yang menderita hiperhidrosis, berkeringat bisa terjadi terus menerus.
Baca Juga : Sering Marah-marah Tingkatkan Risiko Peradangan dan Penyakit Kronis
Area tubuh yang paling umum terkena hiperhidrosis adalah tangan, kaki, ketiak, wajah, dan kepala. Bahkan, beberapa penderita hiperhidrosis bisa berkeringat di seluruh tubuh, bukan hanya di beberapa bagian tubuh. Orang dengan hiperhidrosis sering berkeringat dalam situasi di mana orang lain tidak berkeringat, ketika cuaca dingin misalnya.
Tidak diketahui apa yang menyebabkan hiperhidrosis, meskipun diduga, saraf yang biasanya membuat kita berkeringat mulai menjadi terlalu aktif. Hiperhidrosis sering dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja, tetapi bisa dimulai kapan saja dalam hidup. Mungkin penyebabnya ada di genetik juga. Orang yang miliki keringat berlebihan di tangan, misalnya, biasanya memiliki riwayat keluarga yang punya masalah yang sama.
Tanpa pemahaman jelas mengenai apa yang menyebabkan hiperhidrosis, menemukan perawatan apa yang efektif sangat sulit. Itulah alasan saya dan rekan kerja saya meneliti kondisi ini. Kami bertanya kepada penderita hiperhidrosis dan perawat kesehatan profesional yang menangani mereka pertanyaan apa saja yang mereka harapkan bisa dicarikan jawabannya oleh para peneliti. Ada 268 orang yang mengajukan hampir 600 pertanyaan penelitian.
Kami menemukan bahwa hiperhidrosis memiliki tingkat keparahan yang beragam. Pada spektrum yang ringan, efeknya mungkin minim–sedikit ketidaknyamanan kecil atau sedikit rasa malu misalnya. Namun, ketika semakin parah, kondisi tersebut dapat memiliki dampak besar pada kualitas hidup mereka, seperti mempengaruhi pilihan karier orang, dan mengarah ke isolasi sosial. Misalnya, beberapa orang memiliki tangan yang berkeringat sehingga sulit untuk memegang pena atau menggunakan papan ketik.
Orang dengan hiperhidrosis sering mengalami kecemasan dalam situasi kerja seperti wawancara kerja atau pertemuan di mana mereka butuh untuk berjabat tangan. Kehidupan sosial mereka juga dapat terpengaruh, dengan banyak orang merasa malu dengan keringat mereka, maka beberapa orang menghindari membentuk hubungan dekat karena hal ini. Bahkan, beberapa penderita harus ganti pakaian beberapa kali.
Banyak orang dengan hiperhidrosis tidak mau mencari bantuan medis karena adanya stigma terhadap kondisi tersebut. Mereka mungkin tidak tahu sama sekali kalau itu adalah kondisi medis. Mereka yang melaporkan masalahnya ke petugas medis seringkali mendapati laporan mereka tidak dianggap serius. Mereka juga kesulitan mengakses spesialis, dan perawatan kondisi ini dianggap sebagai bukan prioritas.
Tersedia beberapa pengobatan untuk penderita hiperdrosis yang bergantung pada area tubuh mana yang terkena. Perawatan sementara termasuk:
Tapi ini semua bersifat sementara dan tidak dapat bekerja untuk setiap orang. Anti-keringat dapat menyebabkan iritasi kulit, dan obat-obatan oral akan memblokir ujung saraf di seluruh tubuh, sehingga dapat menyebabkan efek samping seperti mulut kering dan masalah buang air kecil. Perawatan menggunakan botoks dan iontophoresis perlu dilakukan secara teratur dan harganya bisa mahal.
Baca Juga : Sering Buka Puasa dengan Gorengan? Hati-hati Berat Badan Naik!
Ada juga beberapa solusi permanen yang tersedia. Beberapa penderita telah menjalani operasi untuk mengangkat atau menghancurkan kelenjar keringat di daerah seperti ketiak atau pemotongan saraf yang mengontrol keringat (endoscopic thoracic sympathectomy (ETS)).
ETS efektif dalam mengurangi keringat pada area tertentu, tetapi dapat menyebabkan efek samping yang sangat serius seperti kerusakan saraf atau organ. Sebagian besar pasien berakhir dengan adanya peningkatan keringat di area lain (compensatory sweating), dan ini bisa lebih parah daripada masalah aslinya, sehingga, operasi ini umumnya hanya digunakan sebagai upaya terakhir saja. Perawatan permanen yang lebih baru menggunakan energi elektromagnetik untuk menghancurkan kelenjar keringat.
Meskipun ini merupakan kondisi kulit yang umum, ternyata hiperhidrosis tidak diketahui secara luas, dan penelitiannya sangat kurang didanai. Meningkatkan kesadaran adalah kunci jika kita ingin membantu penderita untuk merasa nyaman meminta bantuan dan saran.
Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Louise Dunford, Director of the Institute of Allied Health Sciences Research, De Montfort University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR