Nationalgeographic.co.id - Pembangunan atau penghancuran? Pertanyaan ironi ini harus ditanyakan kepada otoritas negara yang menggaungkan slogan "pembangunan" tanpa menggubris konservasi lingkungan.
Pertumbuhan populasi manusia di India yang semakin meningkat membuat kebutuhan energi pun semakin tinggi.
Hal ini membuat kebutuhan akan energi terus menerus harus diperbarui atau setidaknya mencari alternatif lain. Entah itu yang lebih murah, lebih efisien atau lebih menguntungkan secara bisnis. Tapi satu hal yang sering terlupakan, ketahanan lingkungan.
Baca Juga: Perempuan-perempuan yang Memegang Rahasia Mutu Tembakau Deli
Cagar Alam Harimau Amrabad jadi korban nya. Terletak di negara bagian selatan Telangana, India, Cagar Alam Harimau Amrabad adalah hutan hijau seluas 2800 km2 surga keanekaragaman hayati.
Sebagai salah satu cagar alam terbesar di India, Amrabad bukan hanya rumah bagi spesies India tapi juga rumah bagi sejumlah spesies langka dunia seperti trenggiling, macan kumbang, beruang sloth, anjing liar, kucing hutan, rusa tutul, dan rusa sambar.
Sayangnya, cagar alam dan konservasi harimau ini terjebak pada dua kepentingan: keinginan untuk melindungi warisan alam India, atau pemenuhan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat seiring melejitnya populasi.
Baca Juga: Hati-hati, Enam Makanan Ini Kerap Menjadi Penyebab Keracunan
Pemerintah India mengklaim kebutuhan uranium ini lebih mendesak untuk ketahanan nasional.
Saat ini India masih bergantung pada energi batubara, dan di lain sisi India melebarkan sayapnya untuk efisiensi ketahanan energi dengan berinvestasi pada tenaga nuklir, solar system, angin, dan air.
Dalam rangka memangkas anggaran biaya pengembangan energi nuklir yang selama ini mereka impor dari luar. India berencana memproduksi uraniumnya sendiri. Amrabad, jadi salah satu target pengeboran.
Dengan sangat mengejutkan The national Forest Advisory Committee -otoritas konservasi hutan India- memberikan izin survei dan pengeboran di titik daerah krusial bagi konservasi harimau di Amrabad.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Mahmud Zulfikar |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR