Nationalgeographic.co.id - Penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Nature Geoscience bulan Juli lalu menyoroti makin memanasnya planet Bumi selama 2.000 tahun belakangan.
Melalui penelitian tersebut, kita akhirnya memiliki gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan suhu Bumi dari dekade ke dekade dan apa yang mendorong perubahan tersebut sebelum mulainya Revolusi Industri.
Berbeda dengan teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa perubahan suhu sebelum masa industrial yang terjadi selama 2.000 tahun terakhir disebabkan oleh Matahari, penelitian kami menemukan bahwa gunung berapi turut bertanggung jawab terhadap fluktuasi temperatur yang terjadi pada Bumi. Namun, kedua hal tersebut menjadi tidak sebanding dengan efek perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia di zaman modern.
Baca Juga: Miris, Kepulauan Ini Dipenuhi Bangkai Rusa Kutub yang Mati Kelaparan Akibat Perubahan Iklim
Tanpa termometer, buoy (alat yang mengapung di laut untuk ukur suhu), dan satelit untuk mencatat suhu, kita memerlukan metode lain untuk mengetahui iklim di masa lalu. Untungnya, alam telah menuliskan jawaban untuk kita. Kita hanya harus belajar cara membacanya.
Karang, inti es, cincin pohon, sedimen danau, dan inti sedimen laut memberikan banyak informasi tentang kondisi masa lalu, atau disebut sebagai data “proksi”, yang apabila digabungkan dapat menggambarkan iklim global di masa lalu.
Para ilmuwan di seluruh dunia menghabiskan ribuan jam di lapangan dan laboratorium untuk mengumpulkan dan menganalisis sampel, yang akhirnya mempublikasikan data mereka agar peneliti lainnya bisa melakukan analisis lebih lanjut.
Tim kami bersama dengan banyak ahli lainnya telah menganalisis dan menyusun data terkait dengan suhu selama 2.000 tahun terakhir dari seluruh dunia. Kami pun berhasil menghimpun basis data terbesar di dunia untuk data proksi terkait dengan suhu. Data ini sudah terbuka untuk publik.
Setelah menghimpun data, tim kami mulai melakukan rekonstruksi suhu global pada masa lalu.
Sebagai peneliti, tentu saja kami akan skeptis bahkan terhadap analisis yang kami lakukan sendiri. Namun, kepercayaan diri muncul saat kami mengaplikasikan metode berbeda dengan data yang sama dapat menghasilkan hasil yang sama.
Untuk penelitian ini, kami mengaplikasikan tujuh metode yang berbeda untuk rekonstruksi suhu global menggunakan kumpulan data yang sudah kami himpun. Kami terkejut menemukan bahwa semua metode yang cukup berbeda tersebut ternyata menunjukkan hasil terjadinya fluktuasi suhu global dari dekade ke dekade (multidecadal) yang hampir sama.
Hasil ini membuat kami terus mempelajari apa yang mendorong fluktuasi suhu global dalam rentang waktu dekade sebelum terjadinya Revolusi Industri.
Penelitian kami menghasilkan gambaran paling jelas tentang suhu rata-rata Bumi selama dua ribu tahun terakhir. Selain itu, kami juga menemukan bahwa model iklim yang dikembangkan bekerja dengan baik dan berhasil mengungkapkan variabel alami dalam sistem iklim, yaitu naik turunnya suhu secara alami dari tahun ke tahun dan dekade ke dekade.
Dengan menggunakan model iklim dan merekonstruksi faktor-faktor eksternal yang membentuk iklim, seperti letusan gunung berapi dan sinar Matahari, kami menyimpulkan bahwa fluktuasi suhu global sebelum Revolusi Industri, yang terjadi selama 2.000 tahun terakhir, dikendalikan oleh aerosol yang keluar dari letusan gunung berapi dan bukan berasal dari perubahan Matahari.
Kami menemukan bahwa aerosol vulkanik ini memiliki efek pendinginan sementara pada iklim global. Berikutnya, rekonstruksi yang kami lakukan menunjukkan peningkatan kemungkinan adanya rentang waktu pemanasan sementara akibat proses pendinginan vulkanik.
Tentu saja ada perubahan alami pada suhu Bumi dari dekade ke dekade, dari abad ke abad, dan juga pada rentang waktu yang jauh lebih lama. Dengan rekonstruksi baru yang kami lakukan, kami dapat mengukur tingkat pemanasan dan pendinginan selama 2.000 tahun terakhir.
Dengan membandingkan data rekonstruksi dengan data penting lainnya dari seluruh dunia, kami menemukan bahwa laju pemanasan yang begitu tinggi tidak pernah terjadi dalam 2.000 tahun terakhir.
Dalam istilah statistik, tingkat pemanasan selama semua periode 51 tahun sejak 1950-an dan seterusnya melebihi persentil ke-99 dari tren 51 tahun pra-industri yang direkonstruksi.
Jika kita melihat rentang waktu lebih dari 20 tahun, probabilitas bahwa tren pemanasan terbesar terjadi setelah 1850 sangat melebihi nilai yang diharapkan dari kebetulan saja. Dan, untuk panjang tren lebih dari 50 tahun, probabilitas itu dengan cepat mendekati 100%.
Jadi, apa arti semua statistik ini? Kekuatan pemanasan baru-baru ini luar biasa. Ini masih lebih banyak bukti pemanasan planet yang disebabkan oleh manusia.
Pemahaman kita tentang suhu Bumi di masa lalu berkontribusi dalam memahami hal-hal mendasar seperti bagaimana kehidupan berevolusi, dari mana spesies kita berasal, dan bagaimana planet kita bekerja. Kini, ketika manusia telah mengubah suhu, mereka akan berhadapan dengan perubahan iklim di dunia modern.
Kita tahu bahwa selama jutaan tahun, pergerakan lempeng tektonik dan interaksi antara Bumi, atmosfer, dan lautan, memiliki efek lambat pada suhu global.
Pada rentang waktu yang lebih pendek (tapi masih sangat lama) dari puluhan hingga ratusan ribu tahun, iklim planet kita secara bertahap dipengaruhi oleh ukuran jarak dari Bumi dan Matahari, misalnya, goyangan kecil dan perbedaan kemiringan orbit Bumi.
Dari periode Glasial Maksimum Terakhir atau Last Glacial Maximum, yaitu ketika lapisan es besar menutupi sebagian besar daratan Belahan Bumi Utara sekitar 26.000 tahun yang lalu, Bumi beralih ke era hangat selama 12.000 tahun, yang disebut Holocene.
Periode ini adalah waktu di mana suhu global dalam keadaan relatif stabil, terlepas dari efek pendinginan sementara dari gunung berapi.
Baca Juga: Deforestasi Semakin Parah, Wajah Suku Terasing di Hutan Amazon Terungkap
Dengan perkembangan pertanian, populasi manusia semakin meningkat. Sebelum Revolusi Industri, konsentrasi karbon dioksida di Bumi belum pernah mencapai level setinggi sekarang selama kurun waktu 2 juta tahun.
Bumi belum melihat konsentrasi karbon dioksida di atas level saat ini setidaknya selama 2 juta tahun.
Setelah Revolusi Industri, pemanasan Bumi terjadi karena aktivitas manusia. Melalui penggambaran tentang suhu selama dua milenia terakhir, kita sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pemanasan luar biasa yang sekarang terjadi.
Keputusan berada di tangan kita untuk menentukan apakah ini adalah jenis eksperimen yang ingin kita jalankan untuk Bumi.
Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Penulis: Ben Henley, Research Fellow in Climate and Water Resources, University of Melbourne
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR