Berhadapan dengan kebakaran hutan yang terjadi di area gambut berbeda dengan kebakaran lainnya di mana anda bisa melihat api yang menyebar di atas permukaan tanah. Hal ini tidak terjadi untuk kasus kebakaran hutan di lahan gambut.
Ketika gambut mengering akibat permukaan air yang rendah, maka api bisa menyebar dengan cepat melalui akar yang berada di bawah tanah. Api itu lalu turun membakar ke bagian tanaman bagian bawah dan semak-semak. Sehingga, kami sebenarnya tidak pernah benar-benar bisa mengetahui lokasi api, yang bisa kami lihat hanya asap saja.
Oleh sebab itu, cara yang paling efektif untuk menghentikan api adalah dengan mengairi lahan gambut, membanjiri mereka, sehingga air bisa masuk ke dalam pori-pori akar untuk memadamkan api tersebut.
Cara lainnya adalah membuat tempat penampungan air, atau embung, di daerah rawan kebakaran sehingga memudahkan untuk mengakses air jika dibutuhkan untuk pemadaman. Embung ini diperlukan karena akan sulit untuk menemukan air di musim kemarau, terutama pada gambut yang terbakar.
Pengeboman air dari helikopter tidak terlalu efektif untuk menghentikan lahan gambut yang terbakar karena air hanya jatuh pada puncak-puncak pohon dan cepat menguap bahkan sebelum sampai ke tanah.
Jika lahan gambut tidak dibanjiri air, siklus tersebut akan terus terjadi : udara kering, api, udara kering, dan api.
Seharusnya, lahan gambut harus selalu basah. Anda harus mempunyai air di lahan gambut, karena jika tidak akan berbahaya.
Ancaman dari lahan gambut yang terbakar tidak hanya bagi lingkungan, namun juga bisa berbahaya bagi manusia.
Berdasarkan pengalaman saya, seringkali orang-orang terlalu antusias memadamkan api dan memilih bekerja berjam-jam lamanya di daerah yang terbakar. Kondisi ini justru memperburuk kesehatan mereka.
Pemadam kebakaran sudah dibekali dengan pengetahuan dan keahlian (untuk memadamkan api). Tapi, kecelakaan bisa saja terjadi. Pohon-pohon menjadi rawan saat kebakaran lahan gambut karena api telah menggerogoti akar-akar mereka. Jadi, begitu ada sedikit saja tekanan atau angin, mereka mudah tumbang.
Saya pernah hampir mencelakai diri saya sendiri saat pemadaman api di Riau, pohon dengan diameter 40-50 meter tiba-tiba jatuh di dekat tempat saya berdiri.
Kejadian-kejadian seperti ini sungguh tidak bisa diprediksi. Jadi, saya selalu mengingatkan bahwa baik untuk memiliki semangat yang tinggi memadamkan api, namun mereka juga harus selalu waspada di lapangan.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR